jpnn.com - Agnez Mo, 31, kembali mengisi laman majalah Vogue Amerika. Dalam berita yang diunggah kemarin, Vogue memberi judul Is America Ready for Agnez Mo.
Artikel itu ditulis Janelle Okwodu, sosok yang juga menulis artikel tentang Agnez pada Oktober lalu dengan titel Indonesia’s Biggest Pop Diva Is Out to Conquer the Fashion World.
BACA JUGA: Totalitas Agnez Mo Diulas Majalah Vogue Amerika
Tulisan kali ini membahas totalitas Agnez di lagu terbarunya, Long As I Get Paid. Sejak dirilis dua pekan lalu, hingga tadi malam klip itu sudah ditonton lebih dari 13,3 juta viewers di YouTube.
Itu baru permulaan. Sebab, lagu tersebut merupakan track pertama untuk album internasional pertamanya yang berjudul X.
BACA JUGA: X: Pembuktian Ambisi Go International Agnes Monica
Album tersebut dirilis secara serempak di seluruh negara tepat pukul 00.00 pada Selasa lalu (10/10).
’’Saya harus memastikan apa yang saya bayangkan menjadi kenyataan,’’ kata Agnez di sela syuting klip video di Pacific Palisades, Los Angeles.
BACA JUGA: Agnez Mo Girang Lagu Barunya Jadi Sorotan Media Amerika
Penyanyi yang mengawali karir sejak berusia 6 tahun itu mengaku bahwa dirinya perfeksionis. Karena itu, Agnez memilih orang-orang terbaik untuk bergabung dengan timnya.
Untuk Long As I Get Paid, Agnez menggandeng stylist Monica Rose, make-up artist Mylah Morales, dan penata rambut Larry Sims. Tim tersebut bertugas menciptakan identitas visual dalam klip video itu.
Dengan mereka Agnez bertukar pikiran. ’’Apa yang saya suka dari mereka bertiga adalah mereka mendengarkan apa yang aku mau dan aku mendengar apa yang mereka mau,’’ kata Agnez. Hal senada diungkapkan Rose.
Satu hal yang paling disukai Rose dari Agnez adalah dia berani mengambil risiko. ’’Dia tidak pernah berkata tidak dan dia selalu terbuka terhadap saran dan masukan, which is hal yang langka,’’ ujar stylist yang pernah bekerja untuk Kendall Jenner, Gigi Hadid, dan Chrissy Teigen tersebut.
Agnez fleksibel dalam bekerja. Itulah yang memudahkan Sims dalam berkolaborasi dengannya. Dia menyebut Agnez seperti bunglon yang mudah beradaptasi di berbagai tempat.
’’Bagiku, ini mengingatkanku seperti saat bekerja dengan Lupita (Nyong’o) karena Agnez sangat menyukai permainan dan ingin bermain,’’ kata Sims.
Sementara itu, Morales membandingkan Agnez dengan Rihanna. Menurut Morales, keduanya sama-sama artis pop yang juga menjadi fashion influencer.
’’Agnez punya visi yang diinginkannya dan itu hal yang penting ketika kamu bekerja dengan seorang artis,’’ tutur Morales.
Dalam menciptakan penampilan unik, mereka mencari banyak inspirasi. Mulai klip video Who’s That Girl milik Madonna hingga membaca referensi tentang budaya Indonesia.
Semua itu dituangkan dalam penampilan yang eksentrik dan out of the box. Baju adat dan headpiece tradisional Indonesia dipadu dengan porsi yang sama dengan brand besar berkelas internasional seperti Balmain dan Chanel.
Bagi Agnez, penampilannya tidak sekadar luar biasa atau menjadi berbeda dari orang lain. Namun, ada cerita dan identitas yang ingin disampaikan.
Menurut dia, hal pertama yang dipikirkan penonton bukanlah musiknya, melainkan penampilannya.
’’Mereka melihat wajahku dan berpikir, ’Oh, dia orang Asia. Jadi, musiknya akan menjadi seperti ini’. Ada banyak orang yang telah mencoba memberi tahuku tentang apa yang harus aku lakukan,’’ ujar Agnez.
Agnez tumbuh besar dengan melihat beragam budaya, musik, dan perbedaan di dunia. Dia menjadikan hal-hal itu sebagai referensi dan membuatnya menjadi diri sendiri.
’’Semua itu adalah bagian dariku dan itu sesuatu yang ingin aku perlihatkan kepada orang lain,’’ kata Agnez. (adn/c19/ayi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bertemu Agnez Mo Lagi, Daniel Manata Kok Malah Takut?
Redaktur & Reporter : Adil