Agustus, Listrik Jawa Tambah 600 MW

Rabu, 16 Juli 2008 – 14:09 WIB
JAKARTA - Krisis listrik di Jawa diharap bisa sedikit terobatiPasalnya, Agustus nanti, sistem kelistrikan Jawa-Bali akan mendapat tambahan pasokan 600 MW dari PLTU Suralaya.
    Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi (LPE) Departemen ESDM J

BACA JUGA: Petronas Umumkan Rekor Profit Tertinggi

Purwono memastikan, tambahan 600 MW itu akan didapat seiring selesainya perbaikan interbus trafo PLTU Suralaya yang rusak sejak tahun lalu
''Ini cukup signifikan menambah cadangan,'' ujarnya di kantor Ditjen LPE Jakarta.
    Purwono mengatakan, saat ini cadangan di sistem kelistrikan Jawa-Bali hanya sekitar 500-600 MW

BACA JUGA: Menteri Hadiri MoU Pengadaan Tabung Elpiji

Cadangan tersebut dinilai masih kurang
Sebab, untuk sistem yang beban puncaknya mencapai 16.000 MW, minimal cadangannya sekitar 1.200 MW.
    Karena itu, lanjut dia, kehandalan sistem Jawa-Bali selama ini memang kurang

BACA JUGA: Indosat Rombak Manajemen

Sehingga, jika ada salah satu pembangkit listrik yang rusak atau dalam perbaikan rutin, maka PLN terpaksa melakukan manajemen beban dengan pemadaman bergilir''Karena itu, dengan tambahan dari Suralaya, mudah-mudahan aman,'' katanya.
    Purwono memastikan, kehandalan sistem Jawa-Bali akan bertambah kuat karena pada 2009 nanti beberapa PLTU yang masuk crash program PLTU 10.000 MW akan mulai masuk.
    Pembangkit pertama yang masuk pada Maret 2009 adalah PLTU Labuhan unit I berkapasitas 300 MWKemudian pada Juni 2009, PLTU Labuhan Unit 2 berkapasitas 300 MW juga masuk.
    Disusul PLTU Indramayu dan PLTU Rembang Unit I yang masing-masing berkapasitas 300 MW masuk mulai JuniKemudian pada Oktober, unit 2 PLTU Indramayu dan PLTU Rembang berkapasitas 300 MW juga masuk
    Sehingga, total tambahan pasokan listrik ke sistem Jawa-Bali dari proyek crash program PLTU 10.000 MW hingga akhir 2009 nanti mencapai 2.400 MW.
    Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro menambahkan, tambahan pasokan tersebut memang memperkuat kehandalan sistem Jawa-Bali, namun hal itu tidak bisa menjadi jaminan bahwa defisit listrik berakhir''Sebab, konsumsi listrik juga terus meningkat,'' ujarnya.
    Berdasar kajian Departemen ESDM, laju pertumbuhan konsumsi listrik selalu lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomiKarena itu, dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 7 persen dan elastisitas 1,2 persen, maka pertumbuhan konsumsi listrik diperkirakan mencapai 8,2 persen per tahun.
    Karena itu, kata Purnomo, perlu langkah lain berupa demand side management, misalnya melalui program penghematan''Selain itu, pengembangan energi terbarukan juga harus dilakukan,'' katanya.
    Dirjen LPE JPurwono menambahkan, salah satu yang kini dikembangkan adalah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan solar cell photovoltaic (PV).
    Kemarin, pemasangan PLTS tersebut dilakukan di Gedung Ditjen LPEPemasangan PLTS itu hasil kerjasama dengan Kaneka Co, Mitsui Co, Ltd dan PT Amondra Daya SemestaOutput listrik rata-rata per tahun sebesar 11.906 Kwh atau output rata-rata harian sebesar 32,62 Kwh per hari''Sebagai negara tropis, pengembangan PLTS memang sangat prospektif,'' terangnya(owi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Krisis Listrik, Pertumbuhan Ekonomi Tersendat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler