Ahli Kesehatan Tegaskan Tak Ada Efek Samping dari Minum Air Galon Kuat Polikarbonat

Senin, 18 November 2024 – 20:04 WIB
Ilustrasi - Pekerja memindahkan galon di salah satu depo pengisian air minum dalam kemasan Daan Mogot, Jakarta, Sabtu (7/8/2021). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc

jpnn.com, JAKARTA - Ahli kesehatan masyarakat Dokter Ngabila Salama MKM angkat bicara terkait ramai isu Bisphenol A (BPA) pada air minum dalam kemasan (AMDK) galon kuat polikarbonat.

Dia menegaskan bahwa meminum air dari galon kuat polikarbonat masih aman, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir meminum air dari galon tersebut karena tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan.

BACA JUGA: Pakar Sebut Penyebab Kemandulan Bukan Galon Polikarbonat

"Masih aman. Dan tidak akan menyebabkan gangguan kesehatan apa pun," kata Dokter Ngabila Salama belum lama ini.

Staf teknis komunikasi transformasi kesehatan kementerian kesehatan (kemenkes) ini mengungkapkan bahwa sebenarnya penggunaan BPA tidak hanya ada pada galon kuat polikarbonat saja. Penggunaannya banyak dipakai dalam makanan kalengan seperti ikan, daging hingga jagung beku hingga susu evaporasi.

BACA JUGA: Asdamindo Tegaskan Pemalsuan Air Galon Bemerek Dapat Terkena Sanksi, Hukumannya Berat

Ngabila melanjutkan, BPA juga ditemukan dalam produk non-makanan seperti mainan, peralatan listrik, perangkat otomotif, peralatan makanan, perangkat medis, peralatan olahraga, kemasan makanan, disket, CD, kertas print dan lain-lain. Artinya, BPA banyak ditemukan dalam barang-barang sehari-hari.

"BPA aman, selama tidak bermigrasi ke manusia dalam jumlah tinggi melebihi ambang batas normal," katanya.

BACA JUGA: Pakar Marketing Soal Persaingan Usaha di Balik Isu BPA Galon Kuat Polikarbonat, Simak Penjelasannya

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan rerata kadar BPA pada anak di atas 3 tahun adalah 70 ng/kgBB/hari. Sedangkan dewasa 2 kali lipatnya. Kadar aman 0,05 mg/kgBB/hr dengan rerata kadar yang ditemukan pada urine manusia 0,03 mg/kgBB/hari. Sementara ambang batas di Indonesia yang ditetapkan BPOM yakni 0,06 mg/kg.

Ngabila menjelaskan bahwa 90 persen BPA yang masuk ke dalam tubuh akan dibuang melalui urine dan feses. Dia menjelaskan, BPA baru akan bermigrasi dari kemasan ke makanan apabila dipanaskan mencapai suhu lebih dari 70 derajat celcius.

"Faktor suhu tinggi menjadi terbanyak risiko migrasi ke manusia," kata Kepala seksi surveilans epidemiologi dan imunisasi di Dinas Kesehatan DKI Jakarta ini.

Hal serupa juga ditegaskan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra. Dia memastikan bahwa meminum air dari galon kuat polikarbonat atau guna ulang atau polikarbonat tidak akan menyebabkan gangguan kesehatan.

Dia menekankan, galon-galon tersebut sudah memiliki standar SNI dan telah melewati serangkaian penelitian dan uji kecocokan pangan. Sebabnya, pakar kesehatan masyarakat Indonesia ini meminta publik tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi air dalam galon.

"Kalau semua produk terutama kemasan itu sudah terstandar SNI ya tandanya dia juga level toleransinya terhadap cemaran itu tidak membahayakan dan itu tidak sampai menimbulkan gangguan kehamilan dan janin," kata Hermawan.

Ahli Epidemiologi ini menjelaskan bahwa badan akreditasi mutu telah melakukan serangkaian penelitian dan uji klinis sebelum memberikan label SNI pada galon atau kemasan pangan apapun. Dia melanjutkan, dari hasil penelitian-penelitian itu diambil kesimpulan bahwa paparan BPA dalam galon kuat polikarbonat masih dalam batas aman dan tidak membahayakan konsumen.

"Artinya dengan terstandar atau ter-SNI maka dia (galon) sudah melewati tahap evidence base komparatif atau studi perbandingan terhadap hasil penelitian dengan hasil produksi yang sudah ada," katanya.(antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Budianto Hutahaean

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler