jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah urut berduka cita atas meninggalnya Buya Syafii Ma’arif pada Jumat (27/5) pagi.
Dia mengatakan Buya Syafii sebagai tokoh Islam yang sederhana, moderat, dan selalu menggaungkan kebhinnekaan dan keindonesiaan.
BACA JUGA: Tak Pakai Waktu Lama, Jokowi Langsung Bergegas, Sudah Tiba di Yogyakarta demi Buya Syafii
“Buya Syafii pantas dianggap sebagai salah satu guru bangsa karena peran-peran besar yang beliau dedikasikan kepada Bangsa Indonesia," ungkapnya dalam siaran persnya, Jumat (27/5).
Dia mengaku sempat mendapatkan kesemapatan untuk menimba ilmu islam dengan mendiang Buya Syafii.
BACA JUGA: Buya Syafii Meninggal Dunia, Mahfud MD: Umat Islam Kehilangan Tokoh Besar
Menurut dia, pemikiran Buya selalu fokus dengan bangsa Indonesia ini.
"Pikiran beliau selalu fokus bagaimana bangsa ini menjadi besar, kuat, dan terus bersatu di tengah perbedaan,” ungkap pria 53 tahun mengenang kepribadikan tokoh besar ini.
BACA JUGA: Wakil Ketua MPR Sebut Buya Syafii Sosok Panutan dan Putra Terbaik Bangsa
Dia menilai Buya Syafii Maarif berhasil memimpin PP Muhammadiyah dengan membawa ormas Islam itu ke arah moderasi beragama di Indonesia.
Suami Iva Noviera itu berpendapat tidak mudah menemukan kembali tokoh dengan pemikiran kebangsaan dan keindonesiaan dengan wawasan Pancasila seperti Buya Syafii.
“Bangsa Indonesia sebenarnya masih butuh sosok sosok guru bangsa yang bisa menjadi tempat belajar sekaligus mengingatkan bangsa ini jika dirasa ada yang melenceng dari cita-cita pendiri bangsa,” tegas alumnus Universitas Diponegoro (Undip).
Ketua Fraksi PDI Perjuangan itu menilai, bukan hanya bangsa Indonesia yang kehilangan tokoh asal Sumatera Barat, tetapi juga dunia internasional.
Selama ini lelaki santun dan sederhana itu terkenal tidak pernah lelah menyatukan visi esoterisme Islam di kalangan para pemuka agama dalam kapasitasnya sebagai Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP).
"Dunia Islam kehilangan beliau sama dengan saat bangsa Indonesia kehilangan mantan Presiden RI serta mantan ketua umum PBNU Abdurrahman Wahid, Nurcholis Madjid, Taufiq Kiemas atau tokoh besar lainnya," ujarnya.
Sekretaris Dewan Penasihat PP Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) menambahkan, bangsa Indonesia mungkin tidak akan kehabisan tokoh agama, tetapi sulit mencari orang yang bisa menyatukan agama dengan nasionalisme.
"Buya Syafii di mata saya adalah tokoh yang bisa melakukan peran itu,’’ tegas Ketua DPP PDI Perjuangan ini.
Buya Syafii, lanjut Ahmad Basarah, sangat gamblang mengatakan Pancasila menjadi bagian inheren dari bangsa, menjadi perekat bangsa.
Dia berpendapat mengganti Pancasila berarti melumpuhkan sendi bangsa.
Pancasila perlu menjadi laku bangsa sehingga kebangsaan menjadi kukuh dan padu.
"Buya Syafii dengan tegas mengatakan negara Pancasila merupakan tujuan final yang hendak dicapai dan selalu mendukung nation-state," jelasnya.
“Indonesia terlalu mulia untuk dijadikan ajang pertarungan politik tuna adab dengan membenamkan Pancasila ke bawah debu sejarah! Itu yang pernah beliau katakan dan ini bisa jadi wasiat yang diamanatkan kepada seluruh anak bangsa, termasuk saya,” tandas Ahmad Basarah. (mrk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bang Saleh Teringat Pesan Buya Syafii Soal Membumikan Pemikiran Hamka
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian