BACA JUGA: Ultah, Paramitha Rusady Tak Didampingi Suami
Niat tersebut tertuang dalam novel mega best seller Negeri 5 Menara dan Ranah Tiga WarnaFuadi berhasil membuka mata ribuan orang tentang kehidupan di balik Pondok Modern Gontor yang tersohor
BACA JUGA: Zaskia Adya Mecca Tetap Cinta Jakarta
Mantra berbahasa Arab "man jadda wajada" (siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil) dalam buku pertama serta "man shabara zhafira" (siapa yang bersabar akan beruntung) menjadi populer.Penulis asal Maninjau, Sumatra Barat, itu benar-benar membuktikan kedahsyatan dua mantra tersebut dalam hidupnya
BACA JUGA: Jupe Tantang Produser Tawarkan Film Islami
Bukan hanya satu, melainkan empat negeriYakni, Singapura, Kanada, Inggris, dan Amerika SerikatSemua dicapai berkat beasiswa."Mantra bahasa Arab itu sebenarnya ada dari duluCuma, mantra tersebut baru populer sekarangKalau mau benar-benar menerapkan, kita bisa berhasil," katanya saat ditemui di Plaza Senayan pada Kamis lalu (11/8).
Setelah lulus dari program master di George Washington University dan Royal Holloway University of London, Fuadi kembali ke tanah air bersama sang istri Danya Dewanti"Di Gontor selalu ditekankan bahwa saya bisa jadi siapa saja asal bermanfaatNah, pas sudah mencapai comfort zone, saya jadi berpikir, gimana caranya supaya bermanfaatKarena itu, saya memutuskan menulis," papar mantan wartawan Tempo tersebut.
Laki-laki kelahiran 30 Desember itu menuturkan, setelah lulus dari Gontor, dirinya terpikir menulis pengalaman hidupnya selama di pondokNamun, keinginan tersebut hanya dipendamBaru setelah sang istri yang akrab disapa Yayi menyarankan membukukan kisahnya, dia mulai mewujudkan bisikan keinginannya di masa lalu tersebut.
"Pengalamannya unikSaya baru tahu bahwa santri-santri di Pondok Modern Gontor nggak sarungan, tapi pakai celana panjangLulusannya juga nggak harus jadi ustad," jelas perempuan 35 tahun yang juga mantan wartawan Tempo tersebut.
Berangkat dorongan dari orang tercinta, Fuadi mantap menuangkan kisahnya dalam sebuah novelAlumnus Jurusan Hubungan Internasional Universitas Padjajaran itu menyadari, kemampuan menulis berita tidak sama dengan novelDia harus kembali belajarApalagi, dia bukan penggemar novel"Yayi yang ahli soal novelDia yang mengajari saya," tuturnya.
Selama satu setengah tahun Fuadi belajar dan mulai menulisNegeri 5 Menara dirilis pada 2009Dia mengungkapkan, meski terinspirasi kisah nyata, Negeri 5 Menara adalah novelTidak seluruh kejadian atau karakter sama persis dengan pengalaman hidupnya"Itu novel ya, bukan biografi," tegasnya.
Novel tersebut sukses luar biasaTidak hanya mendapat gelar best seller, tetapi juga mega best seller hingga tercetak 170 ribu kopiKesuksesan itu membuka matanya bahwa banyak orang terinspirasi dengan pengalaman hidupnyaDia pun makin ingin berbagi.
Fuadi merampungkan novel kedua dari trilogi Negeri 5 Menara yang berjudul Ranah Tiga Warna dalam satu setengah tahun"Negeri 5 Menara bercerita tentang masa sekolah, Ranah Tiga Warna tentang masa kuliah, dan novel selanjutnya nanti tentang masa kerja," jelasnya.
Bisa ditebak, seperti Laskar Pelangi, novel karangan Fuadi mendapat perhatian dari kalangan perfilmanPria berkacamata itu mulai dibanjiri permintaan untuk mengangkat novelnyaSetelah mempertimbangkan beberapa tawaran, dia memilih production house yang sesuai dengan misinyaSalman Aristo yang juga menggarap skenario Laskar Pelangi, Ayat-Ayat Cinta, dan Garuda di Dadaku menjadi penulis naskahnya.
"Alhamdulillah, filmnya akan keluar awal 2012Sekarang mulai syutingSelain itu, dalam waktu dekat, komik Negeri 5 Menara juga akan terbitSatu lagi, novel Negeri 5 Menara juga diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan diluncurkan di Ubud Writer Festival pada Oktober nanti," paparnya(ken/c12/ayi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cinta Laura Terbang ke New York Hari Ini
Redaktur : Tim Redaksi