Ahok Marah Kawasan Kota Tua Dibiarkan Kumuh

Minggu, 08 Juni 2014 – 07:14 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Pelaksana tugas Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab Ahok geram melihat kawasan wisata Kota Tua kumuh. Terlebih dengan adanya kerusakan tatanan batu andesit di Taman Fatahillah. Ahok pun mengancam bakal mempolisikan pihak yang bertanggung jawab akan pemeliharan batuan taman yang bernilai miliaran tersebut.

"Batu andesitnya itu bagus sekali, sulit mencari batuan seperti itu, yang ada disini dibuang dimana ? atau dilelang dijual ke siapa ? Kalau ketemu diproses saja, lapor ke jaksa," ujar saat memberi sambutan pembukaan Jakarta Museum Day Festival, Sabtu (7/6) pagi.

BACA JUGA: Istri Ahok Ajak Perajin UKM Meriahkan FJGS 2014

Tak sampai di situ, Ahok juga menilai kesemerawutan Kota Tua saat ini. Termasuk gelaran tenda-tenda pameran yang dinilai tidak perlu dan menghabiskan uang rakyat. Selain itu, kemarahannya juga menyasar ketertiban pedagang kaki lima serta pengunjung yang seenaknya membuang sampah sembarangan.

Ahok pun menunjuk Unit Pelaksana Kawasan (UPK) Kota Tua untuk mempertanggungjawabkan hal tersebut. "Ini sangat kurang ajar sekali caranya. Kalau satu orang pegang sampah segenggam terus dibuang sembarangan bisa penuh sampah di sini. Kenapa tidak dikantongi terus buang ditempatnya," kata Ahok.

BACA JUGA: Festival Jakarta Great Sale Target Raup Rp 13,5 Triliun

Ke depan, Ahok pun meminta aparat terkait menindak tegas pembuang sampah sembarangan di lokasi itu. Sanksi tegasnya, berupa pelarangan pengurusan surat maupun kependudukan dipersulit.

"Kalau buang sampah sembarangan, dicatat namanya, tahan KTP-nya. Kalau minta izin untuk proses apapun jangan diurus. Jadi kalau enggak kapok juga, STNK mobil dan motornya kalau perlu ditolak untuk pengurusan pajaknya," kata dia.

BACA JUGA: Pesta Diskon Jakarta Dimulai Hari Ini

Ahok menegaskan, kemarahannya selama ini memang disengaja ditunjukkan di depan umum. Supaya seluruhnya sadar kalau dirinya memang marah. "Saya hanya kesal saja, Jakarta dibiarkan seperti kota tai. Seenaknya saja semua. Dari pejabat sampai bawah seenaknya," tegas Ahok berapi-api.

Kemarahanya itu, kata Ahok, sebuah pesan agar pejabat dan masyarakat tahu berhadapan dengan siapa. "Supaya saya kasih pesan kepada mereka bahwa mereka sedang berhadapan dengan saya," katanya.

Ia bersikeras, kalau memang tidak suka dengan kepemimpinannya, masyarakat berhak untuk tidak memilih dirinya lagi di Pilkada mendatang. Ahok berujar, selama ini dirinya sudah cukup sabar, karena berada di belakang Jokowi yang terkenal wong sabar.

"Dulu ada Wong Solo (Jokowi), ada yang ngerem sabar. Sekarang saya sikat saya terus. Kalau tidak suka, jangan pilih saya kembali di 2017. Saya tidak peduli. Minimal sampai akhir Agustus enggak ada ngerem saya. Saya hajar saja sekaligus," cetusnya.

Terpisah, ketika dikonfirmasi, Kepala UPK Kota Tua, Gathut Dwi Hastoro menyesalkan perkataan Ahok yang menurutnya tidak santun. Sebagai bentuk tanggung jawab, ia pun mengaku siap untuk dipanggil. Tapi bukan ditegur secara kasar di muka umum seperti itu.

"Apakah pantas, kita dibilang kota tai. Tai loh bukan kotoran, atau tinja, itu masih mending," katanya.

Begitupun dengan perkataan Ahok, yang menyebut bajingan, maling, nyolong. "Dia sampai berkata, kalau mau pakai cara bajingan, saya bisa lebih bajingan, katanya. Sayanglah jangan bicara seperti itu, mari bicara yang santun," kata Gathut.

Ia pun mengaku hanya bisa diam, dan tidak perlu menjawab teguran itu di depan umum. "Kalau mau marah ya kan bisa dipanggil. Kita bicara, saya siap untuk dipanggil kok," katanya.

Terkait kerusakan batuan andesit, Gathut pun mengaku tidak mengerti konteks yang dibicarakan Ahok. Ia menganggap tanggung jawab Taman Fatahillah ini tupoksi pengelola Museum Sejarah Jakarta.

"Saya juga enggak tahu rusaknya seperti apa. Memang kalau saya lihat ada yang bergelombang, tapi itu tidak parah seperti yang sudah-sudah," katanya.

Wakil Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Tinia Budiarti yang juga berada di lokasi tersebut mengatakan kemarahan Ahok itu hal wajar dan biasa.

Ia menilai pantas, teguran yang disampaikan Ahok. Lebih jauh, kalau Ahok bakal mempolisikan ketidakberesan area Kota Tua ini, Tinia mengaku siap menindaklanjuti.

"Pimpinan itu biasa kalau mengoreksi, ikut mengontrol bagaimana efektifitas anggaran yang digunakan," katanya.

Menurutnya, teguran Ahok itu terkait juga dengan anggaran pergantian kerusakan batuan andesit yang belum lama ini diusulkan.

"Beliau (Ahok) saat ini sedang minta laporannya, terkait proyek pergantian batu yang rusak dengan yang baru. Saat ini sedang kami siap laporan pertanggungjawabannya," ungkap dia.(asp)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Bawang Naik Lagi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler