AirAsia QZ8501 Mendarat di Laut, Tidak Meledak di Udara

Jumat, 02 Januari 2015 – 07:02 WIB
ilustrasi

jpnn.com - JAKARTA - Sejumlah analis penerbangan mencoba mengungkap misteri AirAsia QZ8501. Pesawat Airbus A320-200 itu hilang kontak usai meninggalkan Surabaya menuju Singapura, Minggu (28/12).

Setelah 3 hari Tim SAR melakukan pencarian, Flight QZ8501 itu mulai 'menampakkan' diri di perairan Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Dengan fakta atau bukti yang sudah ada, analis mulai membeberkan hasil pengamatannya, sebelum Kotak Hitam menyingkap hal sesungguhnya penyebab kejadian.

BACA JUGA: KNKT: Kami Tidak Memperlama Pencarian, Justru Mempercepat

Ada ahli yang menyimpulkan, pilot kemungkinan telah berhasil melakukan pendaratan darurat di air, setelah berjuang keluar dari jebakan badai. Namun pesawat gagal mengirim transmisi ketika kecelakaan atau hingga akhirnya terendam.

Sejumlah ahli sepakat, pilot Kapten Iriyanto sudah menunjukkan 'kelasnya' sebagai sosok yang berpengalaman dan mantan pilot angkatan udara, terbukti dengan dampak kerusakan yang dicap tak seberapa.

BACA JUGA: Ditemukan Mayat, Bibi Pramugari AirAsia: Astagfirullah, Nisa

"Emergency Locator Transmitter (ELT) akan bekerja dengan baik jika ada benturan, bisa di darat, laut atau sisi gunung. Dan itu tidak berhasil karena tidak ada benturan," ungkap ahli penerbangan dari majalah Angkasa, Dudi Sudibyo, seperti dilansir dari The Straits Times, Kamis (1/1).

"Pilot berhasil mendaratkannya di permukaan laut itu," tambahnya.

BACA JUGA: Yusril Anggap Posisi Kastaf Kepresidenan Tidak Penting

Pesawat yang membawa 162 orang ke Singapura, sedang mengudara di ketinggian 32.000 kaki, ketika pilot meminta perubahan untuk menghindari badai. Meskipun izin diberikan untuk berbelok ke kiri, pilot tidak segera diizinkan untuk naik karena lalu lintas udara yang padat. Kemudian, pesawat menghilang dari radar segera setelah itu. "Kita hanya bisa mengetahui pastinya dari Kotak Hitam," kata Sudibyo.

Ada juga analis yang menilai, pesawat terhenti karena terlalu lambat atau naik terlalu tajam. Tidak jelas mengapa tidak ada sinyal marabahaya mayday dari kokpit. Tim pencari sudah menjelajahi laut selama lebih dari 48 jam sebelum puing-puing pertama terlihat, berkat informasi awal dari nelayan.

Sejauh ini tim pencari telah menemukan sembilan jenazah yang tampak utuh. "Kesimpulan saya, pesawat tidak meledak di udara, dan itu tidak menderita dampak ketika menghantam permukaan, karena jika melakukannya maka tubuh tidak akan utuh," ujar ahli dari kalangan militer, Chappy Hakim.

Pesawat ini juga dianggap masih utuh, setelah tim pencari melihat semacam bayangan di dasar laut, di mana operasi dipusatkan. Pintu keluar darurat dan slide tiup di antara item pertama juga sudah ditemukan oleh tim pencari. Hal ini mengindikasikan bahwa penumpang pertama mungkin sudah memulai proses evakuasi setelah pesawat mendarat di atas air.

Mantan Menteri Perhubungan, Jusman Syafii Djamal juga yakin, penemuan pintu keluar boleh diartikan bahwa seseorang di dalam pesawat itu sudah membukanya.

"Penumpang mungkin telah menunggu seorang pramugari untuk mengembangkan rakit, ketika gelombang tinggi menghantam hidung dan menenggelamkan pesawat," jelas Jusman.

Penyebab dan rincian lebih lanjut tentang kecelakaan itu akan tetap tidak jelas sampai peneliti menemukan Kotak Hitam yang sangat penting, yang akan menjawab semua pertanyaan. (adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Dua Analisis Penyebab Jatuhnya AirAsia QZ8501


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler