jpnn.com, BANDUNG - Pengamat politik dari Universitas Padjajaran Kunto Adi Wibowo menilai Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto perlu merebut hati para cebong dan kampret jika ingin jadi pemenang pada Pilpres 2024 mendatang.
Menurut dia, salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan merekrut orang-orang yang tepat ke dalam tim Airlangga.
BACA JUGA: Menko Airlangga: Olahraga Bangkit, Ekonomi Pulih, Covid-19 Terkendali
Cebong, julukan untuk pendukung Joko Widodo, bisa digaet jika ada sosok yang dianggap dekat atau identik dengan sang presiden di kubu Airlangga.
Kunto menyebut nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai contoh tokoh yang memenuhi kriteria tersebut.
BACA JUGA: Golkar Jabar Percaya Airlangga Bisa Kalahkan Prabowo
"Asal Airlangga bisa pecah itu ambil suara Prabowo dari kampret, kemudian ambil suara cebong dengan dukungan Jokowi atau meminang Ganjar, itu bisa terjadi," ujar Kunto saat dihubungi, Jumat (3/12).
Selain figur, mesin politik juga dianggap krusial bagi kesuksesan misi bersejarah menyatukan cebong dan kampret ini.
BACA JUGA: Partai Rusia Bersatu Berulang tahun, Begini Harapan Airlangga
Untungnya, lanjut Kunto, di belakang Airlangga adalah salah satu partai terbesar dan paling kaya pengalaman.
"Ini pekerjaan yang harusnya bisa dilakukan Golkar karena punya mesin politik besar," kata dia.
Ia menambahkan, Airlangga masih memiliki waktu lebih dari dua tahun untuk meningkatkan elektabilitas diri.
"Airlangga masih punya waktu satu sampai dua tahun ini untuk menjadikan dirinya tokoh yang jadi mercusuar gerakan atau nilai tertentu," katanya.
Sebelumnya, pengamat politik Universitas Al Azhar Ujang Komarudin memperkirakan perolehan suara Prabowo di Jabar bakal mengalami penurunan bila maju kembali menjadi capres di Pilpres 2024.
Menurutnya, konstruksi pemilih di Jabar senantiasa berubah dari pemilu ke pemilu, serta karakter masyarakat Jabar mudah terpesona dan kecewa.
"Kita lihat konstruksi pemilih Jabar selalu berubah-ubah setiap pemilu. Kita melihat ada kemungkinan pergeseran setelah itu, masyarakat Jabar mudah terpesona dan kecewa," kata Ujang kepada CNNIndonesia.com, Senin (22/11).
Merespons, Ketua DPP Partai Golkar, Firman Soebagyo, menyatakan bahwa pemilih di era keterbukaan memperhatikan konsistensi seorang capres dalam menentukan pilihan.
Menurutnya, masyarakat lebih senang dengan tokoh-tokoh dengan sikap politik yang konsisten.
"Dalam menentukan pilihannya, di era keterbukaan masyarakat lebih senang pada tokoh-tokoh yang konsisten dengan sikap-sikap politiknya dan kemudian memilih tokoh-tokoh yang memang dalam politik itu menjaga etika hubungan antara pendukung dan yang didukung," ucap Firman kepada CNNIndonesia.com, Selasa (23/11). (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil