Airlangga Sebut Indonesia Berpotensi jadi Pusat 'Critical Minerals & Renewable Energy'

Kamis, 05 Desember 2024 – 06:57 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Indonesia Mining Summit, Rabu (4/12). Foto: dok Kemenko Perekonomian

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian ESDM mencatat total investasi di sektor mineral dan batubara telah mencapai USD 56 miliar sejak 2015 hingga Juni 2024.

Investasi itu bisa menjadi dukungan bagi pengolahan sumber daya serta cadangan mineral dan batu barayang cukup melimpah di Indonesia.

BACA JUGA: Airlangga & Delegasi Canada-ASEAN CABC Sepakat Perkuat Kerja Sama Ekonomi

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan sektor mineral merupakan salah satu sektor yang menjadi pemicu dari pertumbuhan perekonomian nasional.

"Ini jadi andalan bersama dengan SDA lain yaitu sawit. Jadi tandem mineral batubara dan sawit, itu menjadi ekspor devisa kita yang menjaga rupiah tetap stabil,” ungkap Airlangga dalam acara Indonesia Mining Summit, Rabu (4/12).

BACA JUGA: Menko Airlangga dan Menteri Mary Ng Gelar Pertemuan Bilateral, Apa Saja yang Dibahas?

Pemerintah akan berusaha untuk membantu industrialisasi mineral dan batubara melalui sejumlah insentif. Saat ini sudah terdapat 87 smelter yang beroperasi dari total 172 smelter yang dibangun.

Selain itu, investasi menjadi kunci penting pertumbuhan ekonomi.

Pada 2024 ditargetkan investasi sebesar Rp 1.900 triliun dan pada 2025 meningkat menjadi Rp 2.100 triliun.

"Salah satu yang terus dikembangkan yakni hilirisasi dan pendalaman struktur supply chain. Terkait critical minerals, perlu untuk menjaga kerja sama dengan negara lain dalam rangka meningkatkan investasi dan menghasilkan devisa," katanya.

Hilirisasi telah terbukti berbuah manis bagi perekonomian Indonesia, contohnya smelter milik Freeport Indonesia di Gresik mampu mengolah 3 juta ton konsentrat tembaga, dihasilkan sekitar 60 ton emas dan 900 ribu anoda tembaga, beserta produk turunannya.

Emas yang dihasilkan bisa mengurangi ketergantungan akan impor emas dan berpotensi menghemat devisa hingga Rp 200 triliun per tahun.

Kerja Sama ICA-CEPA

Pada kesempatan yang sama, Menko Airlangga mengungkapkan Indonesia sudah menyelesaikan perjanjian Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA) serta MoU terkait critical minerals dengan Kanada.

"Dengan demikian, kita di Amerika Utara sudah punya beachhead. Jadi, kita sudah punya platform untuk masuk ke pasar Amerika melalui Kanada. Kanada berjanji akan menjadi teman kita, strategic partner kita untuk pengembangan daripada strategic critical minerals,” ujar Menko Airlangga.

Dia menyebut arah pengembangan investasi hilirisasi di Indonesia juga harus dilakukan dengan mengedepankan environmental, social, and governance (ESG). Pembangunan harus menerapkan prinsip ramah lingkungan, kesesuaian terhadap regulasi, serta prioritas penggunaan tenaga kerja lokal secara bertahap.

Transfer teknologi dan upaya peningkatan kapasitas masyarakat lokal merupakan faktor yang ditekankan pemerintah dalam menerima investasi.

Menko Airlangga menginginkan pengembangan lanjutan dari hilirisasi yang mendukung renewable energy, salah satunya hilirisasi pasir silika dengan pengembangan floating glass yang akan menjadi glass untuk solar panel dan akan bisa didorong untuk membuat semikonduktor kedepannya. Ini menjadi kekuatan karena pasir silika Indonesia dikenal cukup baik.

Oleh karena itu, Airlangga menegaskan dalam posisi seperti ini tentunya kita berharap bahwa Indonesia bisa menjadi the center daripada critical minerals dan renewable energy.

"Indonesia blessed dengan adanya geothermal, dengan adanya hydropower, dengan adanya ocean thermal atau dari ombak di bawah laut. Tentunya salah satu lagi yang kemarin banyak dibahas adalah terkait dengan net zero emissions dimana kita punya carbon capture and storage,” pungkas Menko Airlangga. (jpnn)


Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Elvi Robiatul, Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler