jpnn.com, JAKARTA - Perkembangan electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik sebagai salah satu solusi menuju transisi energi berkelanjutan masih menghadapi sejumlah tantangan seperti harga, ketersediaan infrastruktur serta minat dan kesadaran masyarakat terhadap kendaraan listrik yang masih minim.
Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Johannes Loman mengatakan industri sepeda motor listrik merupakan salah satu pihak yang merasakan tantangan tersebut.
BACA JUGA: PLN Dorong Mahasiswa Menguasai Pengembangan Kendaraan Listrik
"Pada prinsipnya kami terus mendukung untuk pertumbuhan motor listrik, tetapi memang di dalam industrinya, di dalam penerimaan dari konsumennya itu ternyata masih belum terlalu cepat seperti di roda empat," ujarnya seperti dikutip dari Antara, Jumat (15/11).
Meski perkembangannya cukup pesat, dia melanjutkan angka penjualan motor listrik hingga kini masih belum signifikan.
BACA JUGA: Konsumen Siap Geber Mobil Listrik Volkswagen ID. Buzz di Jalan
Berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan, secara kumulatif jumlah pengguna sepeda motor listrik di Indonesia sepanjang 2019-2023 mencapai 83 ribu unit, masih jauh di bawah realisasi penjualan kendaraan berbasis bahan bakar yang mencapai 29 juta unit pada periode yang sama.
Menurut Johannes, ada sejumlah faktor yang menghambat perkembangan sepeda motor listrik di tanah air.
BACA JUGA: Truk Listrik Fuso eCanter Mulai Beroperasi dengan Area Jakarta Hingga Karawang
Selain keterbatasan jarak tempuh dan waktu pengisian daya yang cukup lama, persepsi masyarakat terhadap harga produk yang masih terlalu tinggi menjadi salah satu pertimbangan utama untuk mengadopsi kendaraan listrik.
“Jadi, saya kira (penggunaan motor listrik) akan tumbuh, tapi perlu waktu karena nomor satu memang penerimaan dari konsumen itu penting,” ujarnya.
Sementara itu, Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu, mengatakan peningkatan penggunaan kendaraan listrik dapat dilakukan dengan membangun pusat kendaraan listrik di kota-kota besar. Tujuannya, untuk memperluas akses masyarakat terhadap informasi soal teknologi kendaraan listrik.
Dia berpendapat pusat EV tidak hanya berisi ruang pameran, tetapi juga menjadi sarana edukasi ke masyarakat mengenai pentingnya transisi energi yang lebih ramah lingkungan.
Menurut dia, pusat edukasi kendaraan listrik ini bisa digelar di sejumlah kota-kota strategis.
"Lokasi strategis di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan akan membantu menarik perhatian masyarakat dan mempromosikan inovasi yang mungkin dapat mengubah kesadaran masyarakat yang masih rendah tentang manfaat EV," kata Yannes.
Dia menambahkan hingga kini masih banyak masyarakat yang belum familiar dengan teknologi kendaraan listrik. Ini terlihat dari masih banyaknya orang Indonesia yang khawatir dengan daya jelajah mobil, ketahanan baterai, dan ketersediaan sarana pengisian daya.
"Penggunaan EV juga memerlukan pemahaman tentang keselamatan, baik dari segi pengisian daya maupun cara berkendara yang berbeda, karena instant torque yang dimiliki EV. Edukasi ini akan membuat pengguna lebih siap dan merasa aman dalam transisi kendaraan," katanya.
Di samping menambah kesadaran masyarakat tentang EV, ruang edukasi publik ini juga berpotensi menarik segmen anak muda yang tertarik pada inovasi teknologi dan kendaraan ramah lingkungan.
Menurutnya, pembangunan pusat EV ini diprediksi bakal berpeluang meningkatkan adopsi kendaraan listrik di tengah masyarakat.
Yannes menambahkan satu faktor penting untuk mendorong perkembangan kendaraan listrik di tanah air adalah keberadaan infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik.
Hingga kini, dia berpendapat infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik masih belum memadai.
Sementara itu, mengutip data PT PLN (Persero), hingga semester I/2024, tercatat ada 1.582 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), 2.182 Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU), 9.965 Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU), dan 14.524 home charging yang digunakan untuk pengisian daya kendaraan listrik.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan pihaknya berkomitmen mendukung akselerasi ekosistem kendaraan listrik dengan terus menambah charging station yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
PLN juga terus menambah infrastruktur untuk kendaraan motor listrik. Hingga Juni 2024, PLN bersama mitra sudah menyiapkan 2.200 unit infrastruktur SPBKLU untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
“PLN berkomitmen untuk terus menambah infrastruktur penukaran baterai kendaraan listrik roda 2 dalam rangka memberikan pelayanan terbaik bagi pengguna EV roda 2 yang terus meningkat dan menjadi moda transportasi utama di Indonesia,” paparnya dikutip dari siaran pers resmi PLN.
Komitmen PLN dalam mendorong transisi energi baik tercermin juga dalam pelaksanaan Electricity Connect 2024 bertajuk ‘Go Beyond Power Energizing The Future’ pada 20-22 November mendatang.
“Berkolaborasi dengan Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI), acara ini diharapkan dapat memperkuat kolaborasi lintas sektor, baik pemerintah maupun swasta, khususnya industri kendaraan listrik di Kawasan ASEAN,” kata Ketua Panitia Electricity Connect 2024 Arsyadanny G. Akmalaputri.
Kegiatan Electricity Connect 2024 ini nantinya akan dilaksanakan di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat.
Acara ini rencananya akan dihadiri lebih dari 500 exhibitor dan 15.000 pengunjung dari berbagai profesi yang tentunya berfokus pada bidang ketenagalistrikan.
Event ini diharapkan dapat menjadi momentum bagi para pemangku kepentingan dan pelaku industri ketenagalistrikan untuk tidak hanya bertukar informasi mengenai teknologi energi bersih saja, namun juga berbagi wawasan mengenai smart grid, hingga memperkuat kolaborasi global untuk mencapai transisi energi menuju NZE pada 2060.
Dengan kegiatan ini, upaya Indonesia untuk menuju ketahanan energi dan membangun sistem ketenagalistrikan terintegrasi di Kawasan ASEAN dapat secara cepat terealisasikan, demi terciptanya ekonomi hijau berkelanjutan.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari