Ajak Investor Inggris Tanam Modal di Pariwisata Indonesia

Rabu, 20 September 2017 – 12:12 WIB
Big Ben dan Gedung Parlemen Inggris. Foto: AFP

jpnn.com, LONDON - Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya memanfaatkan forum Indonesia Briefing di London, Inggris, Selasa (19/9) untuk promosi investasi. Lewat even yang diinisiasi Kedutaan Besar RI untuk UK dan Irlandia itu, Kementerian Pariwisata mengajak pengusaha di Eropa berdiskusi dan membangun business opportunity di sektor pariwisata Indonesia yang ibarat kuncup bunga tak lama lagi bakal merekah indah berwarna-warni.

Kegiatan itu dihadiri berbagai kalangan dan publik Inggris, terutama para stakeholders terkait. Pengusaha, pemerintah, media, akademisi dan unsur lainnya hadir pada even itu.

BACA JUGA: Coming Soon! 10 Film Latar Belakang 10 Destinasi Prioritas

Mereka diberi penjelasan dan pemahaman tentang sektor pariwisata Indonesia yang tengah melaju kencang. Saat ini, pertumbuhan pariwisata Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN, mencapai 20 persen.

Para investor dan kalangan pebisnis juga diberi pemaparan tentang natural and resources Indonesia yang berada di urutan 14 terbaik dunia berdasar data World Economic Forum (WEF) 2017. Sektor pariwisata yang juga akan men-drive sektor lainnya untuk ikutan nimbrung memaparkan semua potensinya.

BACA JUGA: Buyer IHTF II Melesat 333 Persen

Dan semua itu dipaparkan dengan detail di Gedung Kedutaan Besar Indonesia untuk UK dan Irlandia, 30 Great Peter Street, London, SW1P 2BU. “Tujuan acara ini untuk memberikan update mengenai kondisi terkini Indonesia, baik di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya serta potensi bisnis di sektor trade, tourism dan investment (TTI)," ujar Hiramsyah S. Thaib selaku ketua Tim Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Pariwisata, Kementerian Pariwisata, Selasa (19/9).

Hiramsyah mengatakan, peluang investasi di sektor pariwisata di Indonesia sangatlah besar. Sektor pariwisata memiliki berbagai keunggulan yang dipastikan bakal menarik minat investor.

BACA JUGA: Desa Kaibobo Jadi Destinasi Wisata Unggulan di Seram Barat

Dasarnya ada. Pertama, pariwisata tercatat sebagai penyumbang PDB, devisa dan lapangan kerja yang paling mudah dan murah.Pada 2017, pariwisata Indonesia juga menduduki peringkat ke-42 dalam Tourism Competitiveness Index Ranking

Berdasar data Pusdatin Kemenpar 2014, pariwisata menjadi sektor inti dan menjadi sumber devisa tertinggi di tahun 2020 kelak. "Jauh meningkat dibanding sektor minyak dan gas bumi," ujar Hiramsyah.

Untuk mengejar target tersebut, Presiden Joko Widodo telah menetapkan pariwisata sebagai leading sector yang wajib didukung kementerian lainnya. Realisasinya adalah berupa pembentukan 10 Bali baru atau juga yang dikenal sebagai 10 destinasi pariwisata prioritas dengan formulasi strategi pengembangan 3A, yakni atraksi, aksesibilitas dan amenitas.

Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Mancanegara Kemenpar I Gde Pitana mengatakan, hal yang akan dipaparkan kepada para stakeholers adalah 10 Bali Baru tersebut. Artinya, Danau Toba, Sumatera Utara dengan proyeksi performa di tahun 2019 sebanyak USD 1.600 miliar juga dipaparkan.

Begitu juga Tanjung Kelayang, Bangka Belitung, dengan proyeksi performa di tahun 2019 sebanyak USD 4.000 miliar. Setelah itu Kota Tua dan Kepulauan Seribu di DKI Jakarta dengan proyeksi performa USD 1.500 miliar, kemudian Borobudur di Magelang dengan proyeksi performa USD 1.500 miliar.

Adapun proyeksi perfoma Bromo-Tengger-Semeru di Jawa Timur adalah USD 1.400 miliar, sementara Mandalika di Lombok sebesar USD 3.000 miliar dan Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur dengan proyeksi performa USD 1.200 miliar. Kemudian Wakatobi di Sulawesi Tenggara dengan proyeksi performa USD 1.500 miliar, sedangkan Morotai di  Maluku Utara dengan proyeksi performa USD 2.900 miliar.

"Implementasi pengembangan 10 Bali Baru tersebut dilakukan dengan melibatkan pihak-pihak terkait dan terangkum dalam rumus ABCGM, yakni academic, business, community, government, dan media," ujar Pitana.

Sementara realisasi investasi di destinasi-destinasi tersebut memiliki perbandingan di mana jumlah investor asing jauh melebihi investor lokal. Sebagai penunjang, Menteri Pariwisata juga telah menetapkan program Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dengan menitikberatkan pada insentif pajak, import duty dan pajak-pajak tambahan lainnya, serta regulasi industri yang dilibatkan.

"Di samping itu, promosi melalui media juga dilakukan sebagai upaya penyebarluasan informasi dan memasarkan program 10 Bali Baru tersebut kepada masyarakat dunia, dengan 2 penghargaan yang diraih sekaligus dalam Kompetisi Video Pariwisata Dunia UNWTO," ujar Pitana.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyambut baik acara yang digagas oleh Duta Besar Indonesia untuk UK dan Irlandia Dr. Rizal Sukma itu. Dia pun tak ragu mengundang investor Eropa yang bergerak di sektor pariwisata untuk menanamkan modal ke destinasi yang punya atraksi berbasis alam, budaya dan buatan yang sedang berkembang seperti Indonesia. 

“Saat inilah timing untuk investasi jangka panjang di bidang pariwisata. Ini lebih banyak investasi pembicaraanya, memperkenalkan destinasi-destinasi prioritas kita untuk sebagai peluang investasi,” ujar Arief.

Bagi Marketeer of The Year 2013 versi MarkPlus itu, tourism adalah pintu pembuka trade and investement yang paling efektif. Tourism sebagai driver pada sektor perdagangan dan investasi.  “Forum ini intinya mempertemukan mereka para stakeholders untuk kemudian diajak untuk berinvestasi di Indonesia, berdagang dan wisata,” ujar Arief Yahya.

Peluangnya pun tergolong besar. Maklum, sejumlah tokoh penting diagendakan ikut hadir di tengah acara.

Selain Dubes Indonesia untuk UK dan Irlandia, ada Perdana Menteri UK Utusan Khusus Perdagangan Indonesia dan ASEAN Richard Graham, MP, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Prof. Dr. Yohana S. Yembise,  serta Ketua Satuan Tugas Bank Indonesia untuk Rapat Tahunan IMF/WB 2018 Mr. Peter Jacob.

Sementara pembicara yang hadir selain Hiramsyah S Thaib adalah Dr. Aida Budiman selaku Direktur Eksekutif Departemen Internasional Bank Indonesia, Dr. Philip Jusario Vermonte selaku Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Dr Siswo Pramono selaku Ketua Perencanaan Kebijakan dan Agen Pembangunan, Kementerian Luar Negeri, Sondang Anggraini selaku Deputi Perwakilan Tetap/Duta Besar untuk Isu-isu WTO Sektor Indonesia di Jenewa, serta Rainer Haryanto selaku Direktur Program, Komite Percepatan Pembangunan Infrastruktur Prioritas.(adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Deregulasi, Dorong Pertumbuhan Kunjungan Cruise dan Yacht


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler