jpnn.com - JAKARTA -- Ratusan warga perantauan asal Sidikalang, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, yang tersebar di Jabodetabek miris melihat perkembangan kabupaten yang sudah terbentuk sejak 12 September 1947 lalu itu. Sebab, di sana belum ada universitas dan juga marak kasus narkoba.
Salah satu tokoh Dairi, Junimart Girsang mengatakan dari data yang diperoleh, setidaknya Rp 30 miliar uang warga habis untuk mengirim anak-anaknya sekolah ke kota Medan, hingga wilayah lain di Pulau Sumatera dan Jawa. Sedangkan pemasukan bagi warga di sana sangat rendah.
BACA JUGA: Anggap Rasionalisasi PNS Masih Rumor
Karenanya, Junimart mengajak warga perantauan Dairi untuk bisa lebih berkontribusi terhadap pembangunan daerahnya. Sebab, kata Junimart, pembangunan di sana tidak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah daerah setempat.
"Karenanya perlu berdiri universitas, dan memajukan pembangunan di kota itu," kata Junimat saat acara silahturahmi awal tahun warga Sidikalang Dairi, di gedung LIPI, Jakarta, Minggu (13/3).
BACA JUGA: Lapindo Enggan Disalahkan atas Kebakaran Rumah di Sidoarjo
Di sisi lain, Junimart pun prihatin karena kasus narkoba sudah marak di Dairi. Bahkan, kata dia, berdasarkan informasi yang diperoleh ada warga yang sudah mengidap HIV/AIDS. "Masalah narkoba sangat kritis di Dairi," kata Junimart.
Junimart mengaku sudah sudah bertemu Kepala BNN Komjen Budi Waseso untuk membentuk perwakilan BNN di kabupaten tersebut. "Pemkab sendiri sudah kalang kabut," kata politikus PDI Perjuangan itu.
Pemerhati sosial, Edward Panggabean menegaskan warga asal Dairi yang sukses di tanah perantauan perlu bahu membahu memajukan daerahnya. Banyak potensi yang bisa digarap. Misalnya, mengembangkan sarana pendidikan, wisata, kuliner, industri kreatif, dan seni budaya. "Memang tak bisa lepas tangan dan dibebankan ke Pemkab setempat saja mengingat keterbatasan APBD. Oleh karena itu perlu perhatian warga perantau," kata Edward, Minggu (13/3).
BACA JUGA: Mantap, Kapal Patroli Bakal Disiagakan di Pelabuhan Rote
"Minimal membantu meningkatkan usaha keluarga atau kerabatnya, itu sangat mulia," timpal Edward.
Soal narkoba yang sudah merambah ke Dairi, Edward berpandangan hal itu karena tak terlepas dari faktor ekonomi. Salah satunya karena minimnya lapangan pekerjaan. Setahu dia, dulu angka kriminalitas di Dairi rendah. Apalagi penyakit HIV/AIDS, tidak ada. "Jadi ini ironis sekali oknum masyarakat sekarang mencari jalan pintas untuk mencukupi ekonominya seperti dengan jual beli narkoba," kata Edward.
Pria yang orang tuanya kelahiran Batang Bereuh, Sidikalang ini juga mengingatkan kepada Pemerintah Kabupaten Dairi untuk cepat mendengar aspirasi masyarakat setempat. Dengan demikian, perencanaan pembangunan daerah terakomodatif, sehingga secara efektif dan efisien dapat mewujudkan visi, misi dari tujuan pembangunan daerah itu sendiri.
"Pambangunan lambat berkembang bila pemerintah tak melibatkan warganya. Apalagi saya dengar di Kabupaten Dairi, masih ada desanya belum dialirin listrik. Kalau tidak salah di Desa Bengkare, Sinar Pagi dan Desa Tangga Batu. Ini menjadi perhatian kita semua, khususnya pemerintah setempat," ujar Edward. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ckck..Kasus Pencabulan di Surabaya Meningkat
Redaktur : Tim Redaksi