Aksi Tawuran Pelajar Marak Karena Mencontoh Elit

Kamis, 27 September 2012 – 17:24 WIB
JAKARTA - Ketua Umum Dewan Koordinasi Nasional (DKN) Garda Bangsa, M Hanif Dhakiri mengatakan salah satu penyebab maraknya aksi tawuran pelajar karena mencontoh sikap elit yang sering mempertontokan sikap intoleransi. Menurutnya, dengan sikap intolernasi sosial ini, pelajar tidak punya lagi tokoh-tokoh yang patut diteladani.

"Banyak faktor yang menyebabkan seringkali terjadi tawuran antar-pelajar. Terlebih elit masyarakat kerap mempertontonkan intoleransi sosial sehingga dengan atau tanpa disengaja banyak berpengaruh terhadap aksi dan tindakan brutal para pelajar atau remaja,” kata Hanif kepada wartawan di Jakarta, Kamis (27/9).

Sekretaris Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB) di DPR ini menjelaskan selain sikap elit, menggejalanya tindak kekerasan di sekolah,  baik yang dilakukan oleh guru kepada siswa maupun kekerasan yang terjadi di antara siswa seperti menjadi faktor pemicu munculnya lingkaran setan kekerasan. “Di mana kekerasan yang ditimbulkan akan melahirkan kekerasan berikutnya,” katanya.

Faktor lain yang juga menjadi pemicu adalah lemahnya penanaman nilai pendidikan karakter disekolah. Kata dia, pendidikan moral dan agama mendapatkan tempat yang tidak proporsional dan terlampau sedikit dibandingkan pelajaran lain.

“Ironisnya, pendidikan moral keagamaan hanya bersifat formalistik, sangat terbatas dan hanya menjejalkan pengetahuan nilai tanpa mengarah ke pembentukan karakter,” terangnya.

Makanya, DKN Garda Bangsa sebagai organisasi sayap PKB mendorong elit masyarakat dan pemerintah sebagai pihak yang paling bertanggung jawab untuk menghadirkan figur yang baik dan mentradisikan sikap santun dan suri tauladan bagi para remaja demi terciptanya suasana harmonis, toleran, saling menghormati dan mengsihi antar sesama.

“Kami juga mendesak pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk membuat kebijakan-kebijakan disekolah yang disertai dengan system pengawasan intensif dan terukur untuk mencegah dan menghentikan praktik bullying disekolah,” katanya.

Lembaga pendidikan juga kata Hanif harus berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar serta mengefektifkan kegiatan keorganisasian, ruang berkreasi baik intra maupun ektstra kurikuler sekolah yang aksesibel untuk semua. “Yang tidak kalah penting, kami mendorong lembaga pendidikan untuk memperkuat pendidikan karakter dan budi pekerti yang berorientasi pada pembentukan sikap dan perilaku,” pungkasnya. (awa/jpnn)



BACA ARTIKEL LAINNYA... Sutan Bhatoegana Bagi-bagi Duit

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler