jpnn.com, MEDAN - Aktivis dan Penulis Okky Madasari mengingatkan perempuan di Sumatera Utara (Sumut) agar belajar dari semangat ibu-ibu pedagang yang tak mudah dibeli dengan tawaran amplop dan bantuan sosial di Pilkada.
Okky mengatakan perempuan Indonesia adalah orang-orang yang tangguh dan pekerja keras. Salah satunya di Tapanuli Selatan (Tapsel) yang terkenal dengan sebutan Inang Parengge-Rengge, yakni perempuan tangguh yang menjadi penyangga ekonomi keluarga, suka berpindah-pindah pasar untuk berjualan.
BACA JUGA: Iptu Elga Ajak Masyarakat Pematangsiantar Menjaga Kerukunan di Pilkada
Khazanah perempuan Indonesia dari Tapanuli Selatan ini berbanding terbalik dengan sebuah keluarga dinasti kekuasaan Jokowi yang justru tidak memiliki empati dan kepedulian sosial.
"Di saat perempuan ibu-ibu di Indonesia berjuang menghadapi ancaman stunting, masalah perekonomian, mereka (keluarga Jokowi) memamerkan kemewahan, jalan-jalan ke Amerika Serikat, makan roti mahal. Itu dilakukan dan menjadi sorotan rakyat," kata Okky, yang dikenal juga sebagai sosiolog itu.
BACA JUGA: Todung Minta Polisi Tidak Merusak Arsitektur Ketatanegaraan karena Cawe-cawe di Pilkada
Hal itu disampaikan Okky Madasari di Forum Demokrasi bertajuk “Selamatkan Demokrasi di Sumatera Utara” yang digelar di Kota Medan, Minggu (17/11).
Okky mengatakan dari kenyataan ini bisa dilihat ketidaadaan empati dan kealpaan jiwa sosial dari sebuah keluarga yang ingin terus mempertahankan kekuasaan di Indoensia.
BACA JUGA: Polsek Tambusai Utara Ajak Warga di Desa Tanjung Medan Ciptakan Pilkada Damai
"Sebuah keluarga yang tidak memiliki empati, tidak memiliki kepedulian dan ingin terus memupuk kekuasaan, memupuk kenikmatan untuk keluarganya sendiri," jelas Okky menyindir gaya hidup keluarga Presiden Jokowi.
Okky pun mengingatkan para ibu-ibu dan perempuan di Sumatera Utara tak boleh tidak peduli dan tak boleh juga terlena dengan kondisi demikian.
Para perempuan jangan sampai tergiur hanya dengan amplop saat Pilkada, kemudian salah ketika memilih pemimpin masa depan yang baik.
"Jangan hanya melihat kemilau luarnya dan terbuai pada rayuan sesaat. Amplop bansos, itu harus diwaspadai," jelasnya.
"Inang Parengge Rengge membuktikan perempuan Sumatera Utara itu tangguh, tak bisa ditaklukkan bansos murahan," imbuh Okky.
Ia juga menyinggung tentang generasi muda di Sumatera Utara yang memiliki kesadaran literasi tinggi. Mewarisi sosok seperti Amir Hamzah, Chairul Anwar, dan para sastrawan besar lainnya.
Okky lantas menyampaikan karya Hamka dalam novel Merantau ke Deli, bagaimana digambarkan karakter-karakter penduduk warga Sumut yang tangguh, pekerja keras, dan sudah biasa bergelut dengan kenyataan hidup.
Saat ini, lanjut Okky, ada sekelompok anak muda di Sumatera Utara yang menjadi penggerak literasi di Medan. Mereka mencintai buku dan senang diskusi, merawat literasi dan memperjuangkan pendidikan kritis di Sumut.
Namun ini berbanding terbalik dengan negara yang saat ini memiliki Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yang mengaku sendiri tak suka membaca buku.
"Kita melihat kenyataan ada seorang Wapres mengakui tak suka baca buku dan ini berlawan dengan anak-anak muda di Sumatera Utara. Saya yakinkan, walaupun jumlah kalian terlihat kecil, tetapi yakinlah sepanjang sejarah perubahan-perubahan, perbaikan-perbaikan, selalu dimulai dari kelompok kecil," jelasnya.
"Para pemuda penggerak literasi akan paham bahwa ketika kekuasaan dipegang oleh orang yang hanya peduli pada keluarganya saja, maka tak ada harapan pada generasi mendatang," tegas Okky. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dugaan Dana Judi Online di Pilkada Jakarta, Formasi Melapor ke Bawaslu
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi