jpnn.com, JAKARTA - Seniman tekstil, Iyonono bekerjasama dengan Yayasan Tjanting Batik Nusantara menggelar pameran karya seni instalasi berbasis batik lawasan dan karya tekstil pakaian siap pakai berkonsep Aku dan Warisan Ibu di Lantai Dasar Mitra Hadiprana Kemang, Jakarta pada 24-27 Oktober 2024.
Kegiatan ini merupakan event pamungkas dari berbagai perayaan Hari Batik nasional berlangsung pada Oktober 2024.
BACA JUGA: Tingkatkan Daya Saing UMKM di Kabupaten Gresik, SIG Latih Strategi Pemasaran Digital
Aku dan Warisan Ibu menggarisbawahi semua kegiatan pameran selama 4 hari yang menampilkan 30 mannequin dengan tampilan padu padan seni tekstil karya Iyonono dengan berbagai kreasi kreatif batik lawasan yang digawangi oleh Sandra Hutabarat dari Yayasan Tjanting Batik Nusantara, dengan tujuan menjadikan kesadaran berbusana nasional yang ramah lingkungan dalam konteks keseharian tanpa meninggalkan elemen estetika.
Iyonono senantiasa menggotong konsep #merayakan tubuh dalam setiap karyanya membuktikan bahwa fashion Indonesia tidak terpengaruh konsep musim seperti halnya kiblat fashion dunia.
BACA JUGA: 16 Tahun Melayani Industri Telekomunikasi, Mitratel Siap Terbang Lebih Tinggi
“Wastra Indonesia memungkinkan kita senantiasa modis sepanjang tahun, tanpa ada batasan musim, batasan umur, gender bahkan bentuk tubuh. Padu padan dengan apa saja dapat dilakukan. Dari pameran ini, kami menampilkan 30 karya yang dapat menjadi inspirasi bagi semua," jelasnya.
Konsep lifetime fashion menjadi inspirasi semua karya iyonono, aplikasi yang menjadi ‘signature’ koleksi iyonono merupakan hasil karya tangan ibu-ibu Rumah Seikat Cerita di kampung halamannya yang sudah mengikuti bimbingan Iyonono memasuki tahun ke-8.
BACA JUGA: Terus Tingkatkan Transaksi Anda, Badai Emas Pegadaian Periode III Bakal Diundi Januari 2025
Tigapuluh mannequin mempunyai pesona gabungan fashion dan seni instalasi.
“Kegiatan berbusana nasional, berbatik atau berkain yang bisa dipadu padankan dengan gaya apapun yang sedang trendi hari ini adalah satu dari kegiatan dalam gerakan Yayasan kami. Dengan demikian, kebaya, batik, dan semua kain serta busana Indonesia lainnya senantiasa menjadi keseharian terutama bagi generasi muda,” jelas Sandra Hutabarat, penggagas Yayasan Tjanting Batik Nusantara dan pemilik butik Kuklik yang berfokus pada warisan batik dengan menyasar pangsa pasar anak muda.
Dia membuktikan bahwa batik lawasan mempunyai nilai long lasting yang dapat dipadu padankan dengan kreasi tekstil apa pun dan untuk kesempatan apa pun.
Pada pameran ini, Yayasan Tjanting Batik Nusantara juga menggelar batik sepanjang 74 meter sebagai bagian dari seni instalasi.
Berbagai kegiatan juga digelar bagi pengunjung mulai dari workshop cara memakai kain atau sarung, workshop daur ulang tekstil sampai workshop menari.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada