MARSEILLE - Bos perusahaan produsen implan payudara Poly Implant Prothese (PIP), Jean-Claude Mas mulai menjalani penyidikan. Menurut pengacaranya, Yves Haddad, salah satu hakim menyatakan kliennya melakukan kejahatan yang tidak disengaja yang mengakibatkan orang lain mengalami cedera.
Pernyataan penyidik tersebut muncul dalam pemeriksaan Kamis malam (26/1) waktu setempat. Kemudian, Mas dibebaskan dengan jaminan.
Mas diberondong ratusan pertanyaan oleh penyidik. Menurut Haddad, pria 72 tahun tersebut sangat kooperatif. Pertanyaan yang diajukan terkait dengan tanggung jawab semua petinggi perusahaan dan hubungannya dengan para suplaier di seluruh dunia.
Lebih dari 400 ribu perempuan dari seluruh dunia diyakini menggunakan produk implan PIP. Perusahaan tersebut ditutup pada 2010 setelah ketahuan menggunakan bahan baku implan di bawah standar kelaikan, gel silikon jenis industri.
Pendirinya, Jean-Claude Mas ditangkap Kamis (26/1) di Kota Marseille, selatan Italia atas perintah pengadilan. Mas ditangkap di rumah kerabatnya di Prancis selatan. Polisi kemudian menggeledah rumah di kota kecil Six-Fours-les-Plages, untuk mencari bukti terkait kasus tersebut.
Penyidik menyatakan, polisi juga menangkap Claude Couty, mantan petinggi di PIP. Dia ditangkap di Prancis selatan.
Kekhawatiran akan dampak buruk dari produk PIP menyebar ke seluruh dunia, setelah departemen kesehatan Prancis mengimbau kepada 30 ribu perempuan untuk mengangkat implan payudara mereka, karena berisiko pecah.
Sekitar 400 ribu - 500 ribu perempuan di 65 negara diyakini telah memasang payudara palsu dari PIP. Perusahaan itu didirikan pada 1991 oleh Mas, mantan sales keliling yang memulai bisnis medis berkat kejeliannya menangkap momen demam pemasangan implan kosmetika. PIP pernah menjadi produsen terbesar implan payudara di dunia. Namun, karena mengalami krisis keuangan, pihak perusahaan menurunkan standar kualitas bahan bakunya.
Sejumlah negara, termasuk Jerman, Republik Ceko, mengikuti kebijakan Prancis untuk mengimbau warganya yang memasang implan payudara produksi PIP untuk mengangkatnya sebagai langkah antisipasi. Namun Inggris menyatakan tidak akan mengikuti langkah tersebut. Sebanyak 13 negara Eropa dan Amerika Latin juga meminta warganya untuk melakukan pemeriksaan rutin.
Otoritas Prancis mengakui bahwa kasus kanker, termasuk 16 kasus kanker payudara terjadi pada 20 perempuan Prancis yang menggunakan implan. Namun, mereka tetap memastikan bahwa temuan tersebut tidak ada hubungannya dengan PIP.
Dalam pemeriksaan sebelumnya, Mas membenarkan, bahan implan dibuat dari gel silikon yang tidak berizin. Namun, dia tetap membantah jika bahan tersebut berisiko pada gangguan kesehatan.
"Saya tahu bahwa gel tersebut tidak diperbolehkan untuk dipakai. Tapi saya yakin, karena gel produk PIP lebih murah dan kualitasnya lebih baik," terang Mas, seperti dikutip AFP dari berkas pemeriksaan Oktober tahun lalu.
Dilansir Telegraph, berkat akal-akalan tersebut, perusahaan Mas bisa meraup keuntungan sedikitnya USD 1,3 juta per tahun. Data ini dibocorkan oleh seorang mantan eksekutif PIP.
Philippe Courtois, pengacara yang mewakili kaum hawa pengguna implan PIP menyatakan senang dengan penangkapan Mas. Namun tidak berharap bahwa keterangan Mas akan berubah di pengadilan. "Kami tidak berharap banyak pada penyidikan ini," tandasnya. (cak/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jet Tempur Iran Celaka, Dua Tewas
Redaktur : Tim Redaksi