SEORANG peretas (hacker) bernama Christopher Chaney yang telah membobol akun surat elektronik (email) beberapa selebritas papan atas Amerika Serikat, rela mengakui seluruh perbuatannya di pengadilan. Sebagai imbalannya, si hacker akan memperoleh hukuman yang lebih ringan dari hukuman 120 tahun penjara sebagaimana tuntutan jaksa.
Chaney akan mengakui segala dakwaan terhadap dirinya di hadapan majelis hakim di pengadilan kota Los Angeles hari Senin (26/3) pekan depan. Hal ini diungkapkan langsung oleh pengacara Chaney, Christopher Chestnut, Kamis (22/3) kemarin.
Media massa di AS melaporkan, berdasarkan kesepakatan yang dibuat tim pengacara dan jaksa penuntut umum di dalam kasus tersebut, Chaney kemungkinan akan dipenjara sampai 60 tahun akibat kejahatannya. Ini setidaknya jauh lebih ringan daripada hukuman 120 tahun yang atas 26 dakwaan. Termasuk dalam dakwaan adalah penyadapan illegal dan pencurian identitas.
Chaney ditangkap oleh agen penyeldik federal AS, FBI, Oktober tahun lalu setelah diduga meretas akun email milik lebih dari 50 pelaku dunia hiburan negeri Paman Sam tersebut. Termasuk di antara korban-korban Chaney adalah aktris jelita Scarlett Johansson, Mila Kunis, serta diva pop Christina Aguilera.
Setelah komputer Christina Aguilera yang diretas oleh Chaney pada bulan Desember tahun 2010 lalu, foto-foto syur koleksi pribadi pelantun lagu "Beautiful" itu bocor ke internet. Sementara Mila Kunis, pada September 2010 lalu menjadi korban peretasan telepon seluler. Namun kkibat kejadian ini, foto Mila saat tengah berendam di bathtub pun tersebar di dunia maya.
Tidak kalah heboh adalah ketika foto-foto pribadi Johansson dengan pose setengah bugil, menjadi konsumsi publik setelah dicuri dan diposting di internet oleh Chaney.
Pejabat FBI mengatakan, Chaney bisa membobol masuk akun para korban dengan menggunakan suatu aplikasi yang pada dasarnya bekerja dengan cara menebak kata sandi si pemilik akun berdasarkan informasi atau biodata tentang si korban yang tersedia secara luas di internet. Setelah itu, Chaney pun mencari foto-foto atau atau data-data penting mengenai para korban di akun email mereka.
Chaney diduga juga telah berpura-pura menjadi si pemilik akun untuk menghubungi beberapa orang yang ada di dalam daftar kontak akun tersebut. Agar aksinya tidak diketahui, Chaney membuat pengaturan email tersebut agar salinan email yang masuk atau keluar dapat teralihkan ke akun lain yang dikendalikan secara penuh.
Chaney saat ini diperkenankan menunggu rangkaian proses persidangan dirumahnya di kota Jacksonville, Florida. Di tidak ditahan karena telah membayar uang jaminan sebesar USD10,000 yang ditetapkan pengadilan.(AFP/ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Robot Air Pecahkan Rekor Sebrangi Pasifik
Redaktur : Tim Redaksi