Alam Bergolak, Mahasiswa Akan Terus Bergerak

Jumat, 29 Oktober 2010 – 15:36 WIB

ALAM kembali bergolakBanjir, gempa bumi, tanah longsor, gunung di Jawa di Sumatera mengaum

Memuntahkan laharnyaKadang dingin, kadang panasBinatang kebingungan
Masyarakat hanya bisa menghela nafasMenggumam lirih: “Sampai kapan kami menderita begini?”

Di kampus-kampus, mahasiswa juga bergolakMereka merasa harapan dan masa depan mereka direnggut para pembesar negara, yang memperoleh kedudukannya dengan cara yang seolah-olah demokrasiPadahal, dalam pandangan para mahasiswa, tiket yang mereka dapat sungguh semuAda manipulasi yang canggih.

Akibatnya, kekuasaan yang mereka genggam juga semuPadahal segala sesuatu yang “semu” hanya tampak bagai fatamorganaMakanya para penguasa negara sekarang ini tak bisa menggunakan kekuasaannya untuk menyejahterakan rakyatnyaKekuasaan semu hanya bisa dipakai untuk menyenangkan diri mereka sendiri.

Maka pada 20 Oktober lalu, mahasiswa di sedikitnya 24 kota, bergerak mengekspresikan kegundahannyaMemang ada yang tertembak, atau tepatnya ditembak, aparat yang terprovokasi petinggi negeriTapi alhamdulillah, Farel Restu, mahasiswa Universitas Bung Karno itu, hanya disasar kakinyaKini sudah bisa kembali kuliahMenuntu ilmuUntuk bekal membangun masa depan dirinya.

Tapi sebentarMasa depan macam apa yang bisa diraih Farel dan kawan-kawannya yang kini masih bergulat di bangku kuliah? Masa depan model apa yang bisa dijalani para mahasiswa yang orangtuanya hidup dalam kecemasan akibat didera depresi ekonomi yang makin amburadul?

Sebagai bagian dari sedikit orang Indonesia yang beruntung bisa memperoleh pengetahuan lebih, para mahasiswa itu tentu paham jenis masa depan model apa yang bisa mereka peroleh dalam kondisi negeri seperti ini.

Apalagi, mereka juga tahu, sangat tahu, sejak beberapa tahun terakhir ini, paling banter 40 persen saja lulusan Perguruan Tinggi (PT) yang bisa dirserap bursa tenaga kerjaSelebihnya, setiap tahun, sekurang-kurangnya 200.000 sarjana masuk kotak pengangguranArtinya, tetap menjadi beban orangtuanya.

Itulah sebabnya belakangan, dalam kegelisahan yang memaksa, para tokoh mahasiswa dari berbagai PT kerap berkumpul, membicarakan perjalanan pemerintahan, seraya memikirkan nasib mereka sendiriSebab jalannya pemerintahan sekarang, memiliki andil sangat besar dalam menentukan nasib mereka ke depan.

Tanpa perubahan yang jelas, tanpa kebijakan yang pro-domestik, tanpa keberpihakan kepada rakyat negeri sendiri, mustahil ada pertumbuhan ekonomi di atas 8 persenPadahal dengan pertumbuhan ekonomi di bawah 8 persen, apalagi reputasi pemerintahan sekarang hanya 4-5 persen, sangat mustahil membuka lapangan kerja.

Makanya, dalam pandangan para tokoh mahasiswa itu, membiarkan pemerintahan tetap berjalan seperti sekarang, yang sibuk mencari cara agar bisa selamat sampai 2014, sama saja dengan membungkam masa depannya sendiri.

Padahal demokrasi adalah cara mengelola sebuah negara agar bisa menjamin masa depan anak-anak bangsanyaBukan perangkat politik temporer bagi yang memenangi kontes (pemilu) untuk mengeruk keuntungan bagi diri sendiri, atau kelompoknya, dalam pemahaman: Mumpung berkuasa!

Itulah sebabnya, melihat cara pandang kaum intelektual di kampus-kampus belakangan ini, saya melihat bayangan mahasiswa bergerak, dan akan terus bergerak, menebas rintangan yang dibangun “aliansi jahat” yang menyandera negeri ini.

Insya Allah perjuangan mereka berhasil melapangkan jalan menuju masa depan yang dijanjikan para founding fathersPerjuangan mahasiswa memang selalu punya arti bagi negeri ini.(*)

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler