Alasan Okto Sebut SEA Games 2021 Hanoi Unik dan Extraordinary, Ternyata

Kamis, 12 Mei 2022 – 08:34 WIB
Raja Sapta Oktohari (dua kanan) di sela-sela acara Welcoming Dinner dan Ramah Tamah bersama Duta Besar Republik Indonesia untuk Vietnam Denny Abdi, Rabu (11/5/2022) malam. Foto: Tim Kontingen Indonesia

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Komite Olahraga Indonesia/NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari menyebut SEA Games 2021 Hanoi, Vietnam terbilang unik dan extraordinary.

Hal itu diungkapkannya di sela-sela acara Welcoming Dinner dan Ramah Tamah bersama Duta Besar Republik Indonesia untuk Vietnam Denny Abdi, Rabu (11/5/2022) malam.

BACA JUGA: Menpora Dukung Ajang Selancar Internasional Paling Bergengsi di Banyuwangi

Pria yang akrab disapa Okto itu mengatakan jika mencermati amanah Presiden Joko widodo di acara pelepasan pada Senin lalu menyebut, bahwa kalau dahulu Indoneisa di ranking lima, kemudian naik ke posisi empat, sehingga harapannya terus naik ke tempat ketiga, dua serta juara umum.

Menurut Okto, Presiden Joko Widodo tidak memerintahkan kita untuk dapat ranking tiga.

BACA JUGA: Irjen Rudy Sungguh Bangga Atas Kinerja AKBP Maruli, Salam Presisi

"Kenapa?, karena memang kita semua menyadari persiapan yang sangat pendek dan situasi yang memang berubah yang seharusnya berlangsung pada tahun 2021 dipindahkan ke 2022, itu pun last minute baru dikasih tahu bahwa SEA Games ini jadi, sehingga kita tidak memberikan beban kepada para atlet," ucapnya kepada awak media.

Meski dianggap SEA Games 2021 Hanoi ini sebagai extraordinary, tetapi terpilihnya para atlet yang menjadi wakil Indonesia di pesta olahraga dua tahunan negara-negara se-Asia Tenggara ini telah melalui proses seleksi yang ketat dengan pengukuran para atlet yang akan mendapatkan medali emas, perak maupun perunggu, ini dibuktikan melalui hasil analisa dari tim analisa yang hasilnya kira-kira sementara ini hampir 90 persen tepat.

Ya, pada H-1 SEA Games 2021 Hanoi resmi di buka, Indonesia berhasil meraih setidaknya tiga emas, empat perak dan satu perunggu dengan bertengger di posisi tiga klasemen sementara dibawah tuan rumah Vietnam dan Malaysia.

Okto pun berharap, selepas pembukaan, atlet Indonesia bisa tampil lebih maksimal untuk menambah pundi-pundi medali emas.

"Mudah-mudahan kedepannya para atlet kita bisa tampil maksimal dan kami yakin bahwa kalau semuanya fokus, kita bisa mendapatkan yang lebih baik lagi daripada perencanaan yang kita buat, karena dari perencanaan yang kita buat, ada yang dapat emas, perak maupun perunggu, namun dalam setiap pertandingan, yang proyeksi perunggu bisa dapat perak, yang proyeksikan perak bisa dapat emas, begitu juga sebaliknya," pungkasnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Chandra Bhakti, menyebut jika ajang SEA Games ini hanya sasaran antara saja, sedangkan target utama dalam pembinaan olahraga Indonesia adalah Olimpiade, setelah pemerintah dalam hal ini Kemenpora telah menyiapkan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON), dimana orientasinya dunia.

"Ini suatu awal yang baik, di mana di awal kita sudah mampu mengasilkan medali emas dari cabor dayung dan pencak silat, sehingga ini menjadi motivasi bagi par atlet Indoesia lainnya yang tampil di SEA Games 2021 Hanoi ini, sehingga kita harus mendukungnya dari segala lini," ucap Chandra Bhakti.

Chandra Bhakti mengatakan jika SEA Games kali ini merupakan sasaran antara menuju Asian Games dan Olimpiade, seingga ini menjadi titik awal dari DBON yang akan mereview total pembinaan olahraga nasional.

"SEA Games ini menjadi salah satu sarana penyiapan menuju ke jenjang multi event yang lebih tinggi lagi, sehingga usai pelaksanaan SEA Games kami bersama tim review, KONI dan KOI/NOC akan melakukan melakukan evaluasi untuk melakukan penyiapan dalam pembinaan serta penyeleksian yang lebih ketat dan terukur lagi melalui berbagai macam tes dan pengukuran, sehingga betul-betul atlet yang bisa menjadi penghuni pelatnas mampu menembus limit yang ditetapkan untuk bisa berlaga di multi event yang lebih tinggi lagi," ucapnya.

SEA Games ini merupakan sasaran antara menuju Asian Games dan Olimpiade, sehingga menjadi titik awal untuk melihat bagaimana proses pembinaan.

Namun sesungguhnya pembinaan yang benar itu tidak bisa ukur dengan jangka pendek, secara teoritisnya bahwa pembinaan itu harus dilakukan minimal 10 ribu jam atau 10 tahun.

"Artinya apa yang kita mulai dengan DBON ini baru kita bisa lihat di tahun 2032, seiring dengan keinginan kita menjadi tuan rumah Olimpiade pada tahun tersebut," pungkasnya.(dkk/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Muhammad Amjad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler