jpnn.com, SURABAYA - Mantan Direktur World Health Organization (WHO) Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama mengatakan mutasi Covid-19 tidak bisa dideteksi dengan menggunakan alat tes polymerase chain reaction (PCR).
Pasalnya, alat tes PCR akan tidak terpakai lagi. Tjandra yang kini menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Universitas YARSI ini mengatakan dampak mutasi Covid-19 salah satunya adalah alat tes PCR tidak berfungsi lagi.
Mantan Direktur Jenderal P2P sekaligus Kepala Balitbangkes Kemenkes ini menambahkan, alat PCR tidak berfungsi untuk mendeteksi varian baru Covid-19 yang terjadi di beberapa negara di antaranya Perancis dan Finlandia.
Dia mengatakan pada 15 Maret 2021 Menteri Kesehatan Perancis mengumumkan penemuan varian terbaru virus penyebab Covid-19 sesudah melakukan pemeriksaan sekuens genomik pada suatu klaster infeksi di rumah sakit di kota Lannion.
BACA JUGA: Tes PCR Kini Bisa dengan Air Liur, Hasilnya 1x24 Jam
Ada 8 pasien Covid-19 di sana yang terbukti membawa varian terbaru ini.
"Sementara ini mereka beri nama le variant breton. Ketika dilakukan tes dengan PCR ternyata negatif," tuturnya.
BACA JUGA: Jenderal Andika Minta Lab PCR di RS Merauke Bisa Beroperasi Optimal
Dari situ diketahui PCR tidak bisa mendeteksi varian baru covid-19 yang bermutasi menjadi B117 padahal sudah dilakukan pemeriksaan mendalam di darah dan paru-paru pasien.
"Yang perlu dapat perhatian adalah bahwa kasus-kasus ini ternyata memberi hasil negatif waktu di tes dengan PCR test yang biasa kita pakai untuk memastikan seseorang sakit atau tidak," kata dia.
Selain di Perancis, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) itu juga mengungkapkan hal yang sama terjadi di Finlandia.
Pemerintah Finlandia melaporkan mutasi Covid-19 bernama Fin-796H. Varian mutasi ini juga tidak bisa terdeteksi dengan menggunakan PCR.
"Pada pertengahan Februari 2021 Finlandia melaporkan mutasi varian 'Fin-796H' yang mereka temukan di Helsinki-based Vita Laboratories. Virusnya tidak bisa terdeteksi dengan salah satu pemeriksaan PCR yang mereka biasa gunakan. Memang data dari Finlandia belum terlalu konklusif," kata Tjandra.
Tjandra menegaskan, saat ini pemerintah harus siap menghadapi tantangan baru seperti alat PCR yang tidak bisa mendeteksi mutasi Covid-19 ini.
“Tentu kita belum tahu bagaimana perkembangan mutasi 'le variant breton' ini selanjutnya, tetapi kalau memang nantinya keampuhan tes PCR jadi benar-benar terganggu maka tentu dunia akan menghadapi babak baru dan tantangan cukup berat untuk mendiagnosis Covid-19," tegasnya. (ngopibareng/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Natalia