jpnn.com, SURABAYA - Situs resmi Persebaya Surabaya pada 2 Agustus pernah menulis pernyataan mundur Angel Alfredo Vera. Bagaimana kondisi yang sebenarnya? Apakah Alfredo mundur atau dipaksa mundur? Berikut kutipan wawancara Alfredo dengan wartawan Jawa Pos Bagus Putra Pamungkas:
BACA JUGA: Persebaya Belum Kiamat, Djanur Minta Bonek Tenang
Coach, lama tak jumpa. Bagaimana kabarnya?
Baik. Saya harus tetap di Surabaya walaupun sudah tidak melatih Persebaya. Itu karena istri saya kerja di sini (Surabaya).
BACA JUGA: Djanur Soroti 3 Lini di Persebaya
Anda mundur dari jabatan pelatih Persebaya tepat setelah kalah melawan Perseru Serui (31/7). Apa pertimbangannya?
BACA JUGA: Klasemen Sementara Liga 1 2018, Persebaya Dalam Bahaya
No, saya tidak pernah bilang mundur.
Lalu, apa sebenarnya yang terjadi?
Saya ketemu dengan presiden (Persebaya) di bandara (Juanda) setelah datang dari Serui (1/8). Saat tiba di tempat bagasi, kami dibawa lagi ke atas. Masuk ke tempat saat kami mau berangkat. Di situ ada satu ruangan. Kami bicara (soal posisi pelatih) di situ.
Apa yang disampaikan presiden Persebaya?
Dia (presiden) bilang terima kasih atas kerja keras selama ini. Dia minta maaf. Dia sangat merasa tidak enak. Tapi, situasi sekarang tidak kondusif. Saya tidak tahu dia bicara tentang apa. Apa yang tidak kondusif, saya tidak tahu.
Anda diberhentikan? Lalu, apa jawaban coach saat itu?
Bagaimana saya bisa bicara saat baru turun dari pesawat? Saya capek. Baru kalah. Saya belum bisa berpikir sampai ke sana. Saya kaget. Saya mau bicara apa?
Lalu, apa pendapat coach?
Semua harus jelas. Kalau memang sudah tidak mau dengan saya, harus jelas. Kalau tidak mau pakai saya, kasih tahu saya. Kami harus bertemu, harus bicara. Apa masalahnya? Jangan langsung bilang terima kasih, kerja sama kami sampai di sini. Saya rasa itu tidak fair.
Jadi, saat itu coach tidak diberi kesempatan untuk bicara?
Saya tidak bisa bicara. Misal kamu datang dan langsung bicara kerja sama sampai di sini, saya mau bilang apa? Apa saya harus bilang: oh no, jangan. Tapi, pasti keputusan itu sudah dipikirkan.
Apakah tidak ada peringatan sama sekali sebelumnya?
Tidak. Seharusnya bisa kasih tahu saya sebelumnya. Seperti kami beri (kesempatan) dua atau tiga laga buat kamu. Jadi, saya bisa antisipasi. Tapi, yang terjadi tidak seperti itu. Padahal, saya sudah menyiapkan tim untuk melawan Persela (5/8). Kami semua sudah yakin bahwa Persebaya bakal menang melawan Persela.
Jadi, coach tidak pernah mundur?
Saya bahkan masih memikirkan untuk mendatangkan pemain asing Asia saat itu. Kami bekerja dengan manajer (Chairul Basalamah, manajer saat itu). Kami sudah melakukan negosiasi. Jadi, saya tak hanya bekerja di lapangan. Saya juga memikirkan bagaimana tim ini (Persebaya).
Tapi, di situs resmi Persebaya, coach dinyatakan mengundurkan diri. Apa tanggapan coach?
Saya malah tidak tahu. Apakah mereka (Persebaya) bohong? Tapi, saya tidak masalah. Mungkin mereka mau bikin suasana supaya lebih tenang. Mungkin itu saja. Tidak masalah. Yang terjadi sudah terjadi.
Apakah coach kecewa?
Jadi seperti ini. Untuk apa selalu berpikir proses. Bicara ini (Persebaya) tidak instan. Ini-ini. Tidak usah bicara apa-apa kalau memang jadinya seperti ini.
Tapi, posisi Persebaya saat itu kan memang tidak ideal, coach?
Oke, kami jauh dari nomor satu. Tapi, mereka (manajemen) tak minta supaya nomor satu. Jika kami menang di dua atau tiga laga lagi, Persebaya sudah ada di posisi yang diminta. Targetnya kan peringkat kelima. Kalau memang mau instan, membawa pemain bintang pun bukan berarti kamu juara. Butuh proses. Apalagi pemain kami banyak yang berasal dari Liga 2.
Sebenarnya, apa sih kendala yang dihadapi saat itu?
Kami tahu dari awal kompetisi ini tak akan mudah. Dia (presiden) juga tahu. Apalagi 17 pemain kami berasal dari Liga 2. Sudah begitu, ada pemain yang cedera. Rian (Rachmat Irianto) cedera. Syaifuddin lututnya bermasalah. Andri (Muliadi) ada cedera di kepala. Itu (cedera) tak bisa dihindari. Itu terjadi. Bukan karena program latihan.
Apakah cedera itu juga yang akhirnya membuat coach sering melakukan rotasi?
Mau tidak mau harus dirotasi. Dan saya tidak pernah mengeluh soal pemain cedera. Karena saya percaya dengan kemampuan pemain saya. Tapi gini, kalau kamu kehilangan pemain penting, pasti itu akan berpengaruh ke tim. Lihat Persela saat dikalahkan Persebaya. Mereka ditinggal beberapa pemain. Lihat juga Sriwijaya.
Semua sudah terjadi. Coach sudah bukan pelatih Persebaya. Apa yang mau disampaikan?
Terima kasih buat Persebaya untuk semua kepercayaannya. Kami bisa juara dan naik ke Liga 1. Selama ini, saya bekerja dengan hati dan passion selama melatih Persebaya. Saya selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Persebaya. Sekali lagi, terima kasih.
Kami Khawatir Keselamatan Coach...
Manajemen Persebaya Surabaya langsung merespons curhat Angel Alfredo Vera. Menurut staf presiden Persebaya Nanang Prianto, keputusan mundur itu sudah disepakati semua pihak, termasuk Alfredo.
Semua berawal dari pertemuan di Terminal 1 Bandara Juanda (1/8). Ada pertemuan mendadak di ruangan 1B. Enam orang terlibat dalam pertemuan tersebut.
Di antaranya, tiga orang yang baru turun dari pesawat. Yakni, Alfredo, Esteban Busto, dan Chairul Basalamah. Tiga lainnya adalah Presiden Persebaya Azrul Ananda, Direktur Operasional Puji Agus Santoso, dan Nanang Prianto.
Saat itulah, Azrul menyampaikan banyak hal kepada Alfredo.
"Yang kami bicarakan pertama adalah soal kondisi di Surabaya. Tuntutannya (Bonek) seperti apa. Ancamannya seperti apa. Kami takut dengan keselamatan Alfredo," kata Nanang kepada Jawa Pos.
Dari situ, Azrul memaparkan soal kepastian masa depan Alfredo.
"Presiden sampaikan seperti ini; dengan kondisi yang terjadi di Surabaya, kami khawatir dengan keselamatan coach. Makanya ini harus kami evaluasi," kata Nanang menirukan Azrul.
Setelah ucapan itu, Nanang menegaskan pernyataan Azrul. Dia memberikan solusi terbaik bagi Alfredo.
"Saya sampaikan opsi terbaik adalah mundur. Kalau mundur, ke depannya bisa kerja sama di proyek yang lain," kata Nanang.
Lalu, apa jawaban Alfredo?
"Dia (Alfredo) mengiyakan apa yang kami bicarakan. Dia bilang, iya nggak apa-apa saya mundur," tambah Nanang.
Nah, hal itulah yang dijadikan acuan bagi manajemen bahwa Alfredo setuju dengan opsi mundur.
"Makanya saya juga kaget kalau sampai Alfredo ngomong dia nggak pernah mundur," tegas Nanang.
Lalu, apakah benar Alfredo tidak diberi kesempatan menyampaikan apa yang ada di pikirannya?
"Pertemuan itu berlangsung selama 45-60 menit. Saya rasa nggak masuk akal kalau kami nggak memberikan kesempatan ngomong," ujarnya.
Karena itu, dia menyesalkan pernyataan Alfredo. Sebab, pertemuan tersebut, menurut manajemen, lebih mirip dengan diskusi.
"Kalau memang dia (Alfredo) nggak setuju, dia bisa sampaikan keberatan. Pak, saya capek, saya butuh istirahat dan bicara dengan keluarga soal ini," beber Nanang.
Alfedo memang cukup lelah. Sebab, dia baru saja mendarat setelah melakukan perjalanan jauh dari Serui. Jadi, sangat wajar jika Alfredo mengaku kelelahan kala pertemuan di bandara.
Tapi, Nanang menjamin Alfredo saat itu meminta izin karena capek, manajemen pasti memberi waktu. Setidaknya satu atau dua hari untuk berpikir meskipun situasi saat itu benar-benar genting karena Bonek sudah meneror para pemain hingga ke apartemen.
"Kalau dia minta seperti itu (izin), pasti kami beri waktu. Tapi, ini kan dia mengiyakan semua pembicaraan kami," terang Nanang.
Menurut Nanang, pertemuan di bandara memang sangat krusial. Pertimbangannya adalah kondisi di Surabaya tidak kondusif. Alfredo memang jadi kambing hitam atas tiga kekalahan beruntun.
"Jadi, kenapa kami diskusi di bandara, itu karena kami sangat peduli dengan keselamatan coach Alfredo. Kami sangat respek dengan Alfredo," kata Nanang. (gus/c6/bas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tempo Lambat, Kurang Determinasi, Persebaya Pantas Kalah
Redaktur : Tim Redaksi