jpnn.com - jpnn.com - Sebanyak 404 warga Suku Anak Dalam (SAD) dijadwalkan mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tanda memeluk Islam, Senin (30/1) hari ini.
Mereka mendapatkan hidayah dengan meninggalkan kepercayaannya sebagai penganut animisme.
BACA JUGA: Dor! Warga Suku Anak Dalam Tewas
Jambi Independent (Jawa Pos Group) melaporkan, proses pengucapan dua kalimat syahadat itu akan digelar di kantor Balai Adat Kota Jambi.
Sebelum benar-benar resmi memeluk agama Islam, sejak sepekan terakhir warga suku anak dalam itu ditampung di asrama haji Kota Jambi.
BACA JUGA: Polisi jadi Guru Bocah-bocah Suku Anak Dalam
Pantauan Jambi Independent di asrama haji pada Minggu (29/1), terlihat ratusan warga SAD berkumpul. Mereka terlihat menikmati suasana asrama haji sembari bersendagurau satu sama lain.
Sebagian dari laki-laki mereka bahkan sudah menggunakan peci sebagai penutup kepala. Para remaja berkumpul di satu tempat sambil bercengkrama. Sedangkan anak-anak balita terlihat berlari lari di sepanjang koridor asrama.
Sebagian masih ada yang tidak menggunakan pakaian sama sekali. Namun tetap bermain dan berlari lari menikmati suasana sore di kota Jambi. Sebagian perempuan lebih banyak berada di dalam asrama mengurus anak-anak mereka. Namun ada juga yang terlihat duduk-duduk di sepanjang koridor.
Saat ditemui warga SAD ini mengaku sangat senang dan bahagia karena diberi kesempatan dan difasilitasi dalam mengucapkan dua kalimat syahadat.
"Kita senang sekali. Tidak ada paksaan sama sekali. Kita mendapatkan arahan dari pak kades dan ternyata banyak yang mau," ujar Depati Suku Anak Dalam Becayo.
Becayo menyebutkan, saat ini baru 200 suku anak dalam yang akan mengucapkan dua kalimat syahadat. Mereka itu berasal dari Dusun Batang Kelapo Sungai Rengas Kabupaten Batanghari.
"Kami tu sudah ada desa khusus namanya Desa Rumbung Bandung 3. Sekarang ada 200-an, selebihnya akan menyusul karena masih ada yang di dalam hutan," bebernya.
Dikatakannya, bahwa sebagian dari mereka sudah ada yang lancar mengucapkan 2 kalimat syahadat. Ada yang sudah lancar beberapa membaca surat pendek. Tapi sebagian besar dari kami belum ada yang hafal bacaan shalat maupun doa doa," ujarnya.
Menurut Karim, pendampung suku anak dalam, ke depannya yang juga harus dipikirkan kedepannya yakni mengajarkan salat, mengaji dan mendalami ajaran agama Islam bagi para mualaf ini.
"Ibaratnya percuma membelikan buku namun penanya tidak diberikan. Percuma saja tidak bisa menulis. Tapi katanya pak Fasha akan membangunkan mesjid nanti di sekitar perumahan mereka," bebernya.
(vis/jpg/jpnn)
Redaktur : Tim Redaksi