jpnn.com, JAKARTA - Aliansi Relawan Jokowi (ARJ) menggelar Diskusi Publik dengan topik “Perbedaan Pandangan Politik dan Persatuan Bangsa” di Jakarta, Senin (20/5/2019).
Koordinator Aliansi Relawan Jokowi, Aidil Fitri menjelaskan Dialog Publik tersebut bertujuan untuk merespons keadaaan sosial politik saat ini yang sedang terjadi polarisasi yang tajam pasca-Pemilu 2019 yang lalu.
BACA JUGA: Syukuran Kemenangan Jokowi-Maruf, ARJ Santuni Satu Juta Anak Yatim
Menurut Aidil Fitri, Dialog Publik ini digelar dengan dua dimensi topik yang harus dibahas dalam merespons keadaan sosial politik saat ini.
BACA JUGA: Masyarakat Jangan Terprovokasi Ajakan Tokoh untuk People Power
BACA JUGA: Cara Aliansi Relawan Jokowi Syukuran untuk Kekalahan Prabowo
“Perbedaan pandangan politik dan persatuan bangsa adalah dua dimensi yang memengaruhi kondisi sosial politik saat ini. Perbedaan pandangan politik yang seharusnya kita maknai sebagai dinamika dalam proses demokrasi di Indonesia justru berubah menjadi sesuatu yang mengancam keutuhan NKRI serta dimensi tersebut saling berkaitan dan harus kita bahas bersama,” ujarnya.
Aliansi Relawan Jokowi beranggapan bahwa kondisi sosial politik saat ini sangat dipengaruhi oleh sikap para elite politik yang tidak memberikan proses pembelajaran politik dan demokrasi yang baik dan kontruktif. Justru para elite politik hari ini ikut berkontribusi terjadinya polarisasi dan konflik akibat perbedaan politik yang makin meruncing di akar rumput.
BACA JUGA: Aliansi Relawan Jokowi: Demi NKRI Jangan Golput
Hal ini yang menjadi alasan bagi Aliansi Relawan Jokowi merasa perlu untuk hadir dalam rangka merespons dan meredam konflik dan polarisasi agar perpecahan tidak terjadi di masyarakat.
Penanggung jawab ARJ, Haidar Alwi tampil sebagai salah satu pembicara pada dialog publik tersebut bersama Karyono Wibowo (Direktur IPI), Benni Pramula (Presiden Pemuda Muslim Asia Afrika), Stefanus Asat Gusma (Inisiator Gerakan Satu Bangsa), R. Saddam Al Jihad (Ketum PB HMI).
Di samping Dialog tersebut, Alinasi Relawan Jokowi mengagendakan untuk menggelar orasi kebangsaan yang akan disampaikan para tokoh dari unsur budayawan, politikus, aktivis, profesional, dan akademisi.(jpnn)
Redaktur : Tim Redaksi