Alissa Wahid: Pentingnya Sikap Toleransi di Kalangan Anak Muda

Selasa, 26 Maret 2024 – 21:44 WIB
Direktur Jaringan Gusdurian Indonesia Alissa Wahid saat mengisi acara Inspirasi Ramadan Edisi Sahur di Kanal YouTube BKN PDI Perjuangan dengan Host Aprilia Putriningrum, Selasa dini hari (26/03/2024). Foto: source for jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Anak muda tidak boleh terjebak dengan keyakinannya masing-masing. Dalam menafsirkan ajaran agama perlu menyelaraskan dengan realitas yang terus berubah-ubah agar tidak takut pada kemajuan zaman.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jaringan Gusdurian Indonesia, Alissa Wahid, saat mengisi acara Inspirasi Ramadan Edisi Sahur di Kanal YouTube BKN PDI Perjuangan dengan Host Aprilia Putriningrum, Selasa dini hari (26/03/2024).

BACA JUGA: Ini Makanan yang Paling Dinantikan Happy Asmara Saat Bulan Ramadan

“Ini challenge anak muda banget nih. Bagaimana hidup dengan kemajuan, bagaimana hidup dengan perbedaan, keberagaman itu, dan membawa nilai-nilai Islam,” ujarnya.

Menurut Alissa, dengan kemajuan zaman yang begitu pesat, sikap toleransi di kalangan anak muda sangat penting untuk dibangun.

BACA JUGA: Happy Asmara: Alhamdulillah, Ramadan Tahun Ini Penuh Berkah

Sebab, mereka telah yang memiliki pergaulan tingkat dunia sehingga diharuskan untuk mentoleransi orang-orang yang berbeda dengan kita.

Putri sulung Gus Dur ini memaparkan sikap toleransi ini sudah menjadi bagian dari ajaran islam, sehingga perlu menjadi sikap spiritualitas anak muda untuk tidak saling memaksakan kepercayaan satu sama lain.

BACA JUGA: Berkah Ramadan, Pupuk Kaltim Salurkan Bantuan Rp3,47 Miliar untuk Warga Bontang

“Yang paling penting kita tidak saling memaksakan, karena dalam islam kita mengenal mazhab yang berbeda-beda. Kalau ada yang pernah ke Masjidil Haram pasti pernah melihat orang shalat dengan baju yang berbeda-beda,” pungkasnya.

Lebih lanjut, Alissa menjelaskan, sikap spiritualitas anak muda semestinya harus terus diasah dan menjadi teman sepanjang hidup.

Di bulan suci ramadhan ini menjadi kesempatan untuk meningkatkan spiritualitas sehingga tidak hanya terjebak dengan bentuk ritual-ritual saja.

Kendati demikian, spiritualitas yang digali harus harus menjadi sumber untuk bertindak dalam masyarakat. Salah satunya harus bertindak adil meskipun kepada orang yang dibenci.

“Ritual ya itu tidak makan hingga sore, misalnya menahan diri tidak ketemu pacarnya pagi hingga sore, nah itu nggak dapat apa-apa. Jadi bukan hanya ritualnya, justru yang paling penting nilai-nilai keislamannya,” tuturnya.

Tugas Rasulullah terutama untuk meningkatkan akhlak umat manusia terutama kaum muslim.

Di zaman ini karena Rasulullah tidak ada, maka menurut Alissa, menjadi kesempatan anak muda untuk mempertanyakan dan menata lagi apa saja yang menjadi kebiasaan dalam islam yang diajarkan oleh Rasulullah.

“Misalnya ghibah tadi itu, kan nggak islami, sehingga yang kita dapatkan cuman menahan lapar doang selama puasa ramadhan,” pungkasnya.

Alissa lantas meneruskan sangat mungkin anak muda memiliki nilai-nilai islami di zaman sekarang. Tentunya, harus belajar islam lebih dalam yang tidak terpaku pada ritual, akan tetapi nilai-nilai keislamannya.

Dalam Islam itu selalu menjunjung akhlak, nilai-nilai toleransi, dan termasuk mencintai tanah air.

“Kita jangan terjebak hanya pakaian saja, hanya luar-luarnya saja, tapi harus juga nilai-nilai keislamannya,” tutupnya.

“Bentuknya bagaimana, macam-macam, kita mencintai tanah air kita, mencintai orang yang berbeda-beda sesama manusia, terus melakukan kebaikan, bahkan untuk kebaikan alam, kalau sekarang ya, harus hablum minal alam,” tutupnya.(dkk/jpnn)


Redaktur & Reporter : Budianto Hutahaean

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler