jpnn.com, TEHERAN - Republik Islam Iran mengecam pengiriman bantuan Amerika Serikat ke Gaza dengan menyebutnya sebagai 'pertunjukan yang konyol dan pahit'.
Pasalnya, di sisi lain, Paman Sam justru menghalangi upaya internasional untuk melakukan gencatan senjata di wilayah Palestina yang terkepung itu.
BACA JUGA: Republik Islam Iran Mengapresiasi Hasil Pemilu Indonesia
“Langkah simbolis AS untuk mengirim bantuan kemanusiaan adalah sebuah tindakan yang menggelikan dan sekaligus sebuah pertunjukan yang pahit,” kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani dalam konferensi pers mingguan di Teheran, Senin.
“Di satu sisi, mereka mencegah gencatan senjata dengan memveto resolusi Dewan Keamanan PBB, dan di sisi lain, mereka mencoba meningkatkan citra penghasut perang di mata masyarakat dunia dengan mengirimkan bantuan kemanusiaan dengan cara yang simbolis dan konyol," ujar dia melanjutkan pernyataannya.
BACA JUGA: Panglima Republik Islam Iran Anggap Sepele Ancaman Israel
Dia merujuk pada veto AS terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai gencatan senjata di Gaza, yang dilanda perang pada tiga kesempatan berbeda.
Kanaani mengatakan bahwa dunia kini menyadari sepenuhnya peran Amerika dalam menciptakan dan memperpanjang perang Gaza, dan opini publik tidak akan berubah dengan tindakan simbolis tersebut.
BACA JUGA: Nilai Mata Uang Iran Hancur Berantakan, Musuh Republik Islam Lagi-Lagi Disalahkan
Dia juga mengecam komunitas internasional atas “tindakan lamban yang menyakitkan” dalam mengakhiri perang rezim Israel di Gaza.
“Lebih dari lima bulan setelah serangan brutal Zionis, sayangnya kita menyaksikan tindakan lamban yang sangat menyakitkan dari komunitas internasional, terutama PBB dan Dewan Keamanan yang tugas utamanya adalah memastikan perdamaian dan keamanan internasional," ujar Kanaani.
Diplomat Iran tersebut menyatakan Dewan Keamanan PBB telah gagal memenuhi tugasnya setelah dukungan politik dan militer Washington terhadap rezim Israel dan penggunaan hak veto oleh Amerika Serikat. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif