Anak-Anak Berharap Obama Tak Lupa Almamater

Kamis, 08 November 2012 – 07:51 WIB
Puluhan Siswa sekolah SDN 01 Menteng saat nonton bareng proses Pemilu Amerika Serikat di Gedung SDN 01 Menteng , Jakarta Pusat, Rabu (7/11/2012). Dalam penghitungan suara pemilihan presiden Amerika Serikat 2012 ini sebagian besar murid-murid Sekolah Dasar tersebut mendukung Barack Obama untuk kembali terpilih sebagai Presiden AS untuk periode kedua kalinya. FOTO : MUHAMAD ALI/JAWAPOS
DETIK-detik kemenangan Barack Obama dalam pemilihan presiden AS kemarin (7/11) disambut sukacita anak-anak SDN 01 Menteng, Jakarta Pusat. Pesta kemenangan juga dirayakan para pendukung Obama di Grand Indonesia saat acara nonton bareng (nobar) penghitungan suara pilpres AS.
-----------
AGUNG PUTU-DHIMAS GINANJAR, Jakarta
----------
Kempinski Grand Ballroom, Grand Indonesia, tampak dihias meriah. Begitu keluar dari lift, figur Barack Obama dan Mitt Romney dari kertas seolah mengucapkan selamat datang kepada para tamu. Pintu masuk ballroom dihias balon-balon berwarna merah, putih, dan biru.

Di ruang utama, sejumlah meja disiapkan dengan kursi-kursi yang mengelilingi. Kursi-kursi tersebut menghadap panggung utama yang diapit dua layar lebar. Masing-masing meja undangan dilengkapi televisi LCD 32 inci. Layar lebar dan televisi itulah yang menyiarkan secara langsung proses penghitungan suara dari channel CNN. Ada sepuluh televisi yang mengelilingi ruang utama seluas enam kali lapangan futsal tersebut.

Sejumlah tokoh hadir memenuhi undangan. Di antaranya, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, advokat senior Todung Mulya Lubis, serta Ketua Program Studi Kajian Wilayah Amerika UI Dr Irid Agoes.

"Sebenarnya kami mengundang seribu orang untuk hadir di sini. Tapi, sepertinya banyak yang berhalangan," kata Wakil Atase Pers Kedubes AS Phillip Roskamp.

Selain menonton penghitungan suara, tamu bisa mengunjungi booth-booth yang menyediakan berbagai informasi. Mulai booth yang menyediakan info pendidikan di AS, booth bagi yang bingung dengan sistem pemilu di negara adidaya itu, hingga menjajal simulasi pilpres AS. Tamu yang ingin mencoba diberi balot dan dipersilakan mencontreng calon pilihan di bilik yang tertutup.

"Ini simulasi popular vote," kata Rendi Tjhientoso, alumnus program pertukaran pelajar AS yang menjaga bilik suara.

Popular vote merupakan pemilihan awal untuk menentukan electoral vote. Jika popular vote dimenangi salah satu calon, semua jatah electoral vote negara bagian tersebut diberikan kepada sang pemenang berdasar dalil the winner takes it all.

Ternyata, sambutan para tamu cukup dahsyat. Ratusan orang menjajal simulasi tersebut. Hasilnya, "pilpres" AS di Grand Indonesia dimenangi Obama yang meraup 146 suara, Romney yang mendapat 18 suara, dan delapan orang memilih calon lain. "Ada delapan pemilih yang golput," ujar asisten atase budaya Arend C. Zwartjes saat mengumumkan hasil penghitungan suara.

Dalam acara nobar bersama Dubes Scot Marciel itu, disiapkan pula "meja kursi" Presiden Obama. Kursi Obama dibuat dengan sandaran punggung yang tingginya melebihi kepala. Sementara itu, di atas meja, terdapat dua bendera mungil AS dan pesawat telepon jadul (zaman dulu).  "Halo, oh, ini dari CIA," seloroh Rizkia Rasheed Haidar, salah seorang pengunjung yang menjajal replika meja kerja Obama tersebut.

Suasana semakin seru ketika sekitar pukul 11.00 Obama dinyatakan memenangi pilpres. Sorak sorai bergemuruh, balon-balon dilepaskan.

Marciel menyatakan sangat gembira atas antusiasme warga Indonesia dalam menyambut pesta demokrasi di negaranya itu. "Ada sembilan American Corner dan satu @america (pusat kebudayaan Amerika di Jakarta, Red) yang mengajak warga Indonesia untuk menonton pilpres AS secara langsung. Belum lagi warga yang menonton lewat siaran televisi. Kami senang orang Indonesia peduli dengan apa yang terjadi di Amerika," katanya. "Pemilu ini merupakan the great exercise of democracy," imbuhnya.

Yang membuat Marciel makin senang, banyak kalangan muda yang hadir. Mulai pelajar SMA hingga mahasiswa. Lulusan University of California at Davis dan Fletcher School Law and Diplomacy itu bahkan tak canggung berbincang serta berfoto bareng para tamu mudanya tersebut.

"Di Amerika, pemuda bergerak secara underground mengajak warga memberikan suaranya. Kampanye para calon juga digerakkan pemuda. Di sini, para pemuda juga antusias untuk menyaksikan pilpres Amerika," ungkapnya.

Sementara itu, sorak-sorai menyambut kemenangan Obama juga terdengar nyaring dari aula SDN 01 Menteng, Jalan Besuki, Jakarta Pusat. Ratusan siswa sekolah itu tidak hanya meneriakkan nama Obama, tapi juga membawa serta poster-poster bergambar presiden berkulit hitam tersebut.

"Hidup Obama, hidup Obama"," teriak anak-anak saat di layar televisi diumumkan bahwa pilpres AS dimenangi "orang besar" yang sempat mengenyam pendidikan di SD itu.

Ya, Barack Obama saat kecil memang menimba ilmu di SDN 01 Menteng. Kala itu, dia diboyong bapak tirinya, Lolo Soetoro, yang mengawini Ann Dunham, ibunda Obama. Lolo Soetoro adalah topograf Indonesia. Sarjana muda Fakultas Geografi UGM Jogjakarta tersebut bertemu Ann Dunham ketika mendapat beasiswa ikatan dinas master di Hawaii University, Manoa, AS, pada 1964. Nah, saat tinggal di Jakarta itulah Obama kecil disekolahkan di SDN 01 Menteng.

Selebrasi kemenangan bagi Obama tidak cukup dengan teriakan. Para siswa juga mengarak poster jumbo Obama keliling sekolah. Anak-anak SD itu begitu bangga karena alumnus sekolah tersebut bisa kembali menjadi orang nomor satu di AS.

Para siswa yakin kemenangan tersebut membuka kesempatan bagi Barry -sapaan kecil Obama- untuk berkunjung ke SDN Menteng 01. "Semoga Presiden Obama tidak lupa dengan sekolahnya dulu. Saya ingin minta tanda tangannya," ujar Muhammad Daffi, siswa kelas VI.

Selain mengadakan nonton bareng penghitungan suara pilpres AS, sekolah itu sebelumnya mempersiapkan kemenangan Obama dengan membersihkan patung Barry kecil di pelataran sekolah.

Menurut Kepala SDN 01 Menteng Akhmad Solikin, pihak sekolah memang yakin Obama bakal menang. "Presiden Obama itu alumnus SD ini. Jadi, kami pasti mendoakan yang terbaik untuk beliau," ucapnya.

Meski demikian, dia mengakui bahwa acara penyambutan kemenangan Obama sebagai presiden kali kedua kemarin tidak semeriah saat kali pertama dia terpilih menjadi presiden. Solikin masih ingat, empat tahun lalu, euforia kemenangan Obama disambut gegap gempita sekolahnya. Sebab, saat itu terungkap bahwa Obama pernah bersekolah di SD tersebut.

"Selain nonton bareng dan membersihkan patung, kami mengadakan lomba menulis surat untuk Presiden Obama," tambahnya.

Rencananya, 10 surat terbaik bikinan siswa diserahkan ke Kedutaan Besar Amerika di Jalan Medan Merdeka Selatan. Diharapkan, surat tersebut bisa diteruskan ke meja presiden di Gedung Putih.

Surat tersebut berisi seputar keberhasilan Obama memenangi pemilu dan harapan para siswa terhadap presiden ke-44 AS itu. "We in Jakarta support you (Kami di Jakarta mendukungmu, Red). Banyak cerita inspiratif tentang Anda yang saya peroleh dari kepala sekolah. Semoga Anda bisa berkunjung ke sekolah kami," tulis Arya Prabu dalam suratnya.

Berbeda dari Khan Rayendra P. Teman sekelas Arya itu mengaku sangat mengagumi Obama. Bahkan, dalam suratnya, Khan mengungkapkan bahwa dirinya juga ingin menjadi presiden seperti Obama. Selain itu, dia menyelipkan harapan agar AS bisa menjadi negara yang lebih baik dan menjalin hubungan erat dengan Indonesia.

Misi lain pihak sekolah adalah memotivasi siswa agar kelak bisa menjadi tokoh besar seperti Obama. Berkat Obama, SDN 01 Menteng sering dikunjungi turis, khususnya dari AS.

"Kami memang tidak banyak berharap Obama bakal mengunjungi SD kami. Tapi, perjalanan hidup Obama bisa menjadi contoh prestasi yang pantas diteladani siswa," tegas Solikin. (*/c5/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mina Weiler, Perempuan asal Bandung Korban Badai Sandy di AS

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler