Anak Anda Gemuk dan Menggemaskan? Berhati-hatilah!

Jumat, 11 Juni 2021 – 16:31 WIB
Ilustrasi anak. Foto: Antara

jpnn.com, JAKARTA - Dokter spesialis gizi dari RSIA Melinda Bandung, Dr Johanes Chandrawinata mengingat para orang tua untuk benar-benar memperhatikan bobot tubuh anak.

Jangan sampai anak mengalami kelebihan bobot tubuh atau melebihi ambang batas kurva tumbuh kembang.

BACA JUGA: Orang Kota Bertanggung jawab Lakukan 3 hal Penting untuk Selamatkan Bumi

Karena hal tersebut sama saja membiarkan anak mengalami obesitas, meski diakui anak bertubuh gemuk memang terlihat menggemaskan.

Menurut dokter Johanes, balita yang mengalami kegemukan atau obesitas, dapat mengalami peningkatan resistensi insulin.

BACA JUGA: 3 Tips Tetap Cantik ala Asya dan Abel, Cukup Sederhana

"Sehingga membutuhkan lebih banyak insulin untuk menjaga kadar gula darahnya," ujar dokter Johanes beberapa waktu lalu.

Johanes menjelaskan, ketika produksi insulin meningkat, maka sel-sel beta pankreas penghasil insulin akan dipacu berlebihan memproduksi insulin.

BACA JUGA: Percayalah, 10 Hal ini Hanya Mitos, Nomor 2 Paling Aneh!

Konsekuensinya, kerusakan sel beta sehingga lama-kelamaan produksi insulin menurun dan muncul diabetes tipe 2.

"Tingginya kadar insulin dapat diperiksa di laboratorium dengan hasil dibandingkan terhadap usia dan jenis kelamin yang sesuai," ucapnya.

Namun, secara klinis tingginya kadar insulin dalam tubuh anak obesitas bisa dilihat dari garis hitam pada lipatan leher, yang disebut sebagai pseudo acanthosis nigricans.

Johanes menambahkan, pada umumnya gejala diabetes pada orang dewasa sama seperti pada anak-anak.

Ada beberapa gejala khas diabetes yaitu sering merasa haus, cepat lapar, banyak buang air kecil.

Pada beberapa kasus, berat badan penderita diabetes mengalami penurunan tanpa sebab walaupun sudah banyak makan.

Pada anak-anak hal ini tentu akan mengganggu proses tumbuh kembang.

Sebagai pencegahan, Johanes menganjurkan supaya anak usia dua tahun ke atas mengonsumsi makanan sehat yang sama seperti orang dewasa.

"Kurangi asupan gula dan garam yang berlebihan, hindari minuman dengan kadar gula tinggi seperti sari buah kemasan. Buah sebaiknya dimakan dalam bentuk potongan untuk dikunyah," ujar Johanes.

Garam juga dianjurkan sesedikit mungkin digunakan dalam makanan balita agar tidak mengkondisikan balita untuk suka akan makanan yang asin.

Asupan garam seharusnya dibatasi maksimal 5 gram per hari atau 1 sendok peres pada orang dewasa. Pada balita tentunya semakin sedikit garam semakin baik.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler