Saat memasuki perladangan, Leo melihat kuburan dan membuka pintunya dan kemudian masuk ke dalam kuburan.
“Ketika itu, saya sudah kalut karena dikejar warga yang berjumlah sekitar 20 orang. Kemudian saya masuk ke dalam makam yang pintunya bisa dibuka,” kata Brigadir Leo berlinang air mata.
Beberapa menit di makam permanen tersebut, dia kemudian keluar dan menyusuri perladangan warga. Karena lokasi perladangan tersebut bergunung-gunung, Leo terpaksa merayap untuk menghindari jangkauan warga yang ketika itu masih melakukan pengejaran.
“Ada sekitar 1 km saya merayap, apalagi saat itu sedang terang bulan, sehingga mudah terlihat kalau saya berdiri,” kata Leo.
Setelah jauh dari lokasi, akhirnya dia pun dapat berhasil pergi setelah bertemu dengan rekannya Bripka Lamsar M Samosir.
“Peluruku hanya 6 butir, sementara warga ada ratusan orang. Bolehlah saya tembak dan mengenai enam orang. Tapi setelah habis peluru, saya akan menjadi bulan-bulanan warga,” aku Leo yang mengaku memilih melarikan diri ketika ditanya kenapa tidak melakukan perlawanan kepada warga dengan menggunakan pistolnya.
Dia juga mengatakan bahwa Kapolsek AKP Andar Siahaan sudah dipaksa untuk meninggalkan mobilnya untuk melarikan diri. Akan tetapi, AKP Andar Siahaan tetap bertahan di dalam mobilnya.
Menurut pengakuan Leo, para warga sudah mengetahui bahwa mereka merupakan petugas kepolisian. Sehingga alasan warga bertindak karena diteriaki maling adalah bohong besar.
“Baik kali Bapak ini (AKP Andar Siahaan), bahkan beberapa hari yang lalu kami diajak berwisata. Aku dikasih uang Rp250 ribu, waktu kutanya uang apa, Kapolsek bilang uang rokok aja,” ujar Leo mengenang kisah terkakhirnya dengan pimpinannya.
Sementara itu, saat warga menyerang, Kapolsek masih sempat menelepon Kapolres Simalungun AKBP Andi S Taufik untuk menceritakan situasi saat itu.
“Telepon pertama masuk, saya bilang supaya dicoba ditenangkan dulu. Dan beberapa menit kemudian beliau telepon lagi dan minta tolong kalau sudah tidak bisa lagi dikendalikan lagi. Lalu saya suruh untuk pergi untuk melarikan diri,” kata Kapolres Simalungun kepada Metro Siantar (Grup JPNN) sembari menunjukkan panggilan di ponselnya.
Kapolres Simalungun menjelaskan, situasi ini baru pertama kali terjadi di wilayah hukum Polres Simalungun yang menewaskan Kapolsek karena pengeroyokan warga.
“Kita sangat berduka dalam hal ini, mungkin nanti saya akan usulkan nama aula Kapolsek Dolok Pardamean dijadikan nama AKP Andar Siahaan. Pangkatnya akan dinaikkan menjadi Kompol, sebab AKP Andar Siahaan meninggal saat tugas. Jadi ini merupakan penghargaan kepada beliau atas jasanya,” tambahnya. (pra)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemko Batam Minta Tambahan 500 PNS
Redaktur : Tim Redaksi