JAKARTA - Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo menyatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Markas Besar Polri untuk mencegah meluasnya masalah pembakaran dan penyerangan terhadap Polres Ogan Kemering Ulu (OKU), Kota Baturaja, Sumatera Selatan pada Kamis (7/3) pagi tadi.
Aksi brutal itu diakui memang dilakukan oleh sejumlah oknum anggota TNI Batalyon Armed Tarik Martapura.
"Kami sudah adakan pembicaraan, dan saya minta kan pada Pangdam, tidak boleh berkembang ini. Titik," ujar Pramono di Mabes AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat.
Sejauh ini, Pramono menduga penyebab aksi kekerasan itu karena peristiwa penembakan yang dilakukan oknum polisi Brigadir WJ terhadap anggota TNI, Pratu HO Januari lalu.
Informasi yang diterima, penembakan polisi terhadap Pratu HO diduga berawal pada saat WJ sedang menjalankan tugasnya di depan pos polisi. Saat itu, WJ sedang memeriksa pelanggar lalu lintas.
Namun secara tiba-tiba, HO yang saat itu mengendarai sepeda motor melewatinya dan sempat mengeluarkan pernyataannya yang dianggap menghina WH. Tak terima WJ pun langsung mengejar dan menembak HO hingga tewas tersungkur di jalan.
Diduga hal inilah yang menyulut sekitar 95 anggota TNI melakukan unjuk rasa yang berujung pembakaran di Polres OKU.
"Terus terang mungkin ada rangkaian sebab sebelumnya. Nah di sini saya juga tidak mengerti kok sekian bulan jadi begini. Tapi tetap prinsipnya siapa yang salah aku hukum," tegas Pramono.
Meski baru menduga, Pramono mengatakan pihaknya tetap menunggu laporan resmi dari hasil investigasi tim yang telah diutus ke Sumsel.
"Kalau ini terjadi, saya tidak bisa salahkan komandan karena saya belum mendapat hasil investigasi. Harus jelas dulu kirim orang untuk investigasi, dapat keterangan baru kita ambil keputusan," pungkas Pramono. (flo/jpnn)
Aksi brutal itu diakui memang dilakukan oleh sejumlah oknum anggota TNI Batalyon Armed Tarik Martapura.
"Kami sudah adakan pembicaraan, dan saya minta kan pada Pangdam, tidak boleh berkembang ini. Titik," ujar Pramono di Mabes AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat.
Sejauh ini, Pramono menduga penyebab aksi kekerasan itu karena peristiwa penembakan yang dilakukan oknum polisi Brigadir WJ terhadap anggota TNI, Pratu HO Januari lalu.
Informasi yang diterima, penembakan polisi terhadap Pratu HO diduga berawal pada saat WJ sedang menjalankan tugasnya di depan pos polisi. Saat itu, WJ sedang memeriksa pelanggar lalu lintas.
Namun secara tiba-tiba, HO yang saat itu mengendarai sepeda motor melewatinya dan sempat mengeluarkan pernyataannya yang dianggap menghina WH. Tak terima WJ pun langsung mengejar dan menembak HO hingga tewas tersungkur di jalan.
Diduga hal inilah yang menyulut sekitar 95 anggota TNI melakukan unjuk rasa yang berujung pembakaran di Polres OKU.
"Terus terang mungkin ada rangkaian sebab sebelumnya. Nah di sini saya juga tidak mengerti kok sekian bulan jadi begini. Tapi tetap prinsipnya siapa yang salah aku hukum," tegas Pramono.
Meski baru menduga, Pramono mengatakan pihaknya tetap menunggu laporan resmi dari hasil investigasi tim yang telah diutus ke Sumsel.
"Kalau ini terjadi, saya tidak bisa salahkan komandan karena saya belum mendapat hasil investigasi. Harus jelas dulu kirim orang untuk investigasi, dapat keterangan baru kita ambil keputusan," pungkas Pramono. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Masih Panas, Mabes TNI Kirim Tim Investigasi
Redaktur : Tim Redaksi