jpnn.com, MALANG - Tak ada yang menyangka Suyati, 41, yang sedang tertidur lelap Selasa malam (26/9) hingga Rabu dini hari (27/9) ditemukan tewas.
Entah apa yang dimimpikan ibu tiga anak itu. Dia tidur sendiri, sedangkan dua anaknya tidur di kamar yang lain.
BACA JUGA: Ingat, Film G 30 S/PKI Terlalu Sadis sebagai Tontonan Anak
Senyap. Namun, suasana berubah mencekam sekitar pukul 02.00.
Saat itu Aman Dwi Prayogi, 21, pulang ke rumahnya di Jalan Indrokilo Selatan, sekitar pukul 24.00.
BACA JUGA: Pembunuh Pasutri Jepang Akhirnya Menyerahkan Diri
Rumah yang hanya ditinggali ibu dan adiknya itu sepi. Seperti biasa, dia memang sering pulang larut malam.
Malam itu pria tamatan sekolah menengah pertama (SMP) tersebut habis nonton futsal dan dilanjutkan dengan mabuk-mabukan bersama temannya.
BACA JUGA: Olah TKP, Polisi Temukan Bercak Darah
Sesampai di rumah, Aman memang sudah kecapekan. Dia langsung tidur di kamarnya.
Malam itu dia tidak bermimpi apa-apa. Namun, sekitar pukul 02.00, dia terbangun.
Bukannya mengambil wudu dan salat Tahajud, ternyata dia malah berniat membunuh ibu kandungnya.
Namun, niatnya membunuh tidak langsung dilakukan. Pertama-tama, dia datang ke kamar ibunya tepat di depan kamar tidurnya.
Dia melihat ibunya sedang tidur pulas. Aman mendekat. Pertama dengan tangan kosong.
Tetapi, dia masih terganjal ketakutan. Ada perasaan dag-dig-dug di hatinya.
''Saya masuk, tapi kayak tidak tega. Saya keluar lagi,'' katanya mengakui saat rilis di Polres Malang kemarin sore.
Dia keluar masuk kamar ibunya hingga tiga kali. Pria penganggur itu menyatakan, pada kali ketiga, dirinya tidak ragu lagi.
Dengan kayu talenan atau alas pencincang daging, anak tersebut kemudian memukuli kepala belakang ibunya yang tidur dengan posisi miring.
Karena ibunya sempat kaget, dia hunjam lagi untuk kali kedua. Saat itulah darah mulai mengalir deras di bantal ibunya.
Ibunya tidak berteriak. Menurut Aman, ibunya sadar dia telah melakukannya. Tetapi, Suyati langsung lemas.
Karena nyawa Suyati belum habis setelah dipukul, tanpa ampun Aman menggeretnya hidup-hidup dengan tali sling sepeda motor yang diikat di leher ibunya. Lalu digantung di tembok kamar Suyati.
''Saya geret hidup-hidup. Jadi, matinya pas digantung,'' tandasnya.
Suyati pun kehilangan nyawa di tangan anak keduanya. Karena takut ketahuan, dia merapikan kamar ibunya dari simbahan darah.
Peristiwa itu diperkirakan hanya memakan waktu 20 menit.
Aman berusaha menghilangkan jejak peristiwa tersebut. Dia kemudian keluar rumah dan meminta pertolongan.
Dia bilang kepada para tetangga bahwa ibunya sudah tewas gantung diri.
Agus Sutrisno, ketua RT, bersama warga lain langsung datang ke rumah korban. Aparat desa kemudian melaporkannya ke Polsek Lawang.
Setelah polisi datang mengevakuasi dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), ditemukan bercak darah di kamar Suyati.
Melihat kejanggalan itu, anggota polsek meminta Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) Polres Malang datang ke lokasi.
Dari hasil pemeriksaan, ada sejumlah luka di tubuh korban. Polisi kemudian melakukan pengembangan.
Kapolres Malang AKBP Yade Setiawan Ujung menyatakan, saat melakukan identifikasi, polisi menemukan kejanggalan yang terus dikembangkan.
Pertama, ditemukan bercak darah di area kamar Suyati. Kedua, tempurung kepala Suyati penuh luka. (jaf/c19/end/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anak Bunuh Ibu Kandung Saat Sedang Tidur
Redaktur & Reporter : Natalia