Anak Mengeluh Sakit Perut Hebat? Bisa jadi karena Cemas

Selasa, 24 September 2013 – 13:13 WIB

BIASANYA anak mengeluhkan sakit perut jika salah memilih makanan atau jajan sembarangan. Tapi waspada jika anak berulang-ulang mengeluh sakit perut kronis tanpa ada sebabnya. Sebuah studi baru mengatakan hal itu terjadi karena mereka mengalami gejala gangguan kecemasan.

Beberapa studi sebelumnya menunjukkan 8 persen hingga 25 persen generasi muda mengalami nyeri perut semacam ini. Namun karena tidak ditemukan penyebab yang jelas, kondisi ini pun disebut dengan nyeri perut fungsional.

"Ini merupakan salah satu penyebab paling umum pada anak-anak dan remaja mengunjungi dokter anak. Ini juga alasan yang paling sering dikemukakan anak-anak yang sering absen di sekolah," kata kepala Medical Coping Clinic, Children's Hospital of Pittsburgh Inflammatory Bowel Disease Center, Dr. Eva Szigethy, seperti yang dilansir laman Fox News, Senin (23/9).

Studi baru ini pun mengatakan bahwa anak-anak dengan jenis nyeri semacam itu diketahui berisiko lebih tinggi untuk mengidap gangguan kecemasan di masa dewasa awal. Untuk memastikannya, Lynn Walker dari Vanderbilt University School of Medicine, Nashville, Tennessee dan rekan-rekannya mengamati 332 anak yang mengunjungi dokter akibat nyeri perut yang tak dapat dijelaskan dan terjadi ketika si anak berusia antara 8-17 tahun.

Sebagai perbandingan, peneliti juga mengamati 147 anak dari area sekolah yang sama dan diketahui tidak mengalami masalah perut tertentu. Ketika partisipan menginjak usia 20 tahun, peneliti mewawancarai mereka satu-persatu via telepon untuk mengetahui apakah muncul gejala kecemasan dan depresi lainnya. Hasilnya, empat dari 10 partisipan dengan riwayat nyeri perut mengaku masih mengalami gangguan gastrointestinal tersebut.

Selain itu, 51 persen partisipan dengan nyeri perut di masa kecil dipastikan mengidap gangguan kecemasan. Sebaliknya hanya 20 persen partisipan yang tidak punya riwayat sakit perut dan mengidap gangguan kecemasan. Namun meski peneliti tak dapat mengungkapkan yang mana yang muncul terlebih dulu, apakah nyerinya atau gejala kecemasannya, mereka memastikan sebagian besar pasien gangguan ini sudah memperlihatkan gejalanya sejak kanak-kanak.

Dari inteview yang sama, peneliti juga menemukan 40 persen partisipan dengan nyeri perut saat kanak-kanak juga mengalami depresi pada masa-masa tertentu, dibandingkan pada partisipan yang tidak punya riwayat sakit perut dan depresi yang hanya sebanyak 16 persen.

Menanggapi studi ini, Szigethy yang tidak terlibat dalam riset ini mengatakan, menurut pengalamannya, sangat sering ditemukan nyeri perut fungsional dan gejala kecemasan terjadi secara bersamaan.

"Kami melihat secara klinis seringkali gangguan kecemasan menjadi semacam prediksi munculnya nyeri tersebut. Lagipula anak dengan gangguan kecemasan biasanya lebih sensitif terhadap rasa sakit dan terus mengkhawatirkan nyeri apapun yang mereka rasakan," kata Szigethy.

Walker pun sepakat dengan hal ini. "Orang yang gelisah cenderung lebih rentan terhadap berbagai ancaman, kerap memindai lingkungan dan tubuhnya untuk mengantisipasi kalau-kalau ada yang salah," terangnya.

"Begitu pula dengan anak-anak, mereka akan lebih sering terjebak dalam lingkaran setan karena tinggal di rumah saja akibat sakit perut yang dideritanya, ketinggalan pelajaran dan justru menjadi lebih sering gelisah," pungkas walker. (fny/jpnn)

BACA JUGA: Tidur Siang Meningkatkan Daya Ingat Anak

BACA ARTIKEL LAINNYA... Obesitas Beresiko Terkena Migrain


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler