Anak Muda Diminta Ikuti Jejak Soekarno-Hatta, Pemimpin Intelektual yang Membumi

Rabu, 21 Desember 2022 – 14:09 WIB
Kegiatan bedah buku berjudul “Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta” di Universitas Terbuka Convention Center, Pamulang, Tangerang Selatan, Rabu (21/12). Foto: DPP PDIP

jpnn.com, TANGSEL - Soekarno dan Mohammad Hatta merupakan pemimpin bangsa yang memiliki kecerdasan intelektual, tetapi meletakkan kepentingannya untuk kemajuan bangsa dan negara. Presiden dan wakil presiden pertama republik ini meniti jalan intelektual yang tak mudah.

Hal itu terungkap dalam buku karya 23 rektor dan guru besar berjudul “Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta”.

BACA JUGA: Prolog Bu Mega di Buku tentang Soekarno-Hatta: Mentalitas Bangsa Pejuang Tampak Meredup

Pakar geopolitik Hasto Kristiyanto mengatakan buku itu memberi pelajaran penting soal bagaimana mahasiswa dan anak muda Indonesia jangan berada di zona nyaman. Bahwa menjadi pemimpin dalam kehidupan itu takkan mungkin terjadi tanpa meniti jalan intelektual.

“Buku ini mengajarkan kita bahwa kita belajar menjadi pemimpin harus didasari oleh jalan intelektual. Tak ada pemimpin bangsa mendisain masa depan diri dan bangsanya tanpa terlebih dahulu membaca buku, berdiakektika dalam alam pikir, membenturkan dengan persoalan bangsa, dan membangun daya imajinasi masa depan. Tradisi intelektual Soekarno-Hatta juga sama,” kata Hasto alam acara bedah buku itu di Universitas Terbuka Convention Center, Pamulang, Tangerang Selatan, Rabu (21/12).

BACA JUGA: Temui Wakot Tunisia, Dubes Zuhairi Usul Soekarno Jadi Nama Jalan di Pusat Kota

Lewat buku, keduanya mampu menghadapi jalan terjal dan berliku, seperti dipenjara dan dibuang. Menurut Hasto, kekuatan kedua tokoh itu berasal dari kemampuan melihat masa depan akibat pembelajaran mendalam atas sejarah bangsa, bagaimana dunia bergerak, lewat buku-buku.

Pelajaran selanjutnya adalah soal falsafah merdeka belajar. Mahasiswa dan anak muda Indonesia harus keluar dari menara gading intelektual yang elitis dan di awang-awang. Pendidikan harus dipastikan benar-benar membumi untuk menjawab persoalan yang dihadapi rakyat.

BACA JUGA: Pemikiran Geopolitik Soekarno Tak Bisa Dilepaskan dari Ide Bung Hatta

“Dengan buku ini, terbangun spirit agar kita membedah masalah hidup kita dengan ilmu. Kalau teman mahasiswa mampu galang ide, imajinasi, dan spirit, maka anda akan mampu merumuskan bagaimana masa depan diri sendiri, bangsa dan negara anda,” urai Hasto.

Hasto melanjutkan kampus yang hebat tentu sukses menggembleng mahasiswanya agar menguasai iptek.

"Karena itulah jalan terbaik bagi kemajuan bangsa. Tak ada jalan terbaik kemajuan bangsa tanpa mengusai iptek yang membumi,” tukas Hasto.

Hasto juga mengatakan buku ini mengajarkan mengenai dedication of life bagi bangsa dan negara. Dengan mempelajari Soekarno-Hatta, mahasiswa diharap bisa mentradisikan kepemimpinan intelektual dengan membaca buku, diskusi, percobaan ilmiah yang kokret.

“Lewat kampus, kita siapkan masa depan Indonesia Raya,” imbuh Hasto.

Hasto juga menyinggung soal filosofi merdeka belajar yang juga dibahas di buku itu. Menurutnya, pendidikan merdeka adalah intisari dari upaya panjang mengapa Indonesia harus merdeka. Bagaimana pendidikan pada ujungnya harus bisa membebaskan rakyat dari segala permasalahan.

Karena itu, filosofi pendidikan merdeka adalah pendidikan yang membebaskan, yang mencerdaskan bangsa, sekaligus pelepasan dari konservatisme atau kekolotan, dan dari kebodohan.

“Inti sari dari seluruh tulisan tentang filosofi merdeka belajar, Islam dan nasionalisme, gotong royong, kebudayaan membangun karakter bangsa, bagaimana membangun masa depan, itu semua berakar bahwa ilmu pengetahuan bagi para pendiri bangsa khususnya Bung Karno dan Bung Hatta, itu dipakai untuk kemanusiaan,” ujar Hasto.

Rektor Universitas Terbuka Prof. Ojat Darojat menyatakan buku tersebut memberikan ruang pendalaman pembelajaran terhadap bagaimana Pancasila menjadi landasan hidup yang benar, dipertahankan dan diwariskan lintas generasi.

“Oleh karena itu, para rektor menganggap penting ada langkah yang dilakukan, terrmasuk dengan para rektor menuliskan gagasan dari berbagai perspektif dan jadi referensi penting dan warna sejarah perjalanan bangsa ke depan,” kata Ojat.

Menurutnya, buku itu juga sebagai upaya para rektor berbagi ilmu pengetahuan, referensi, dan implementasi nilai luhur bangsa. "Agar jadi ciri bangsa Indonesia membangun peradaban bangsa kita ke depan,” pungkas Ojat.

Wakik Ketua BPIP Dr. Karjono berharap pengembangan iptek di Indonesia konsisten pada haluan ideologi Pancasila. Dia menitipkan pesan agar kalangan kampus untuk ikut kerja dan bisa bersatu.

"Artinya kerja, keras, kerja, lebih keras dan kerja lebih keras lagi. Kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas. Dengan tuntas dan kerja prioritas, katanya.

Buku Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta ditulis oleh Fatah Sulaiman dkk. Editor buku setebal 224 halaman itu antara lain Ojat Darojat, Fatah Sulaiman, Nurhasan, Fathur Rokhman, Ganefri, dan Miftahil Ilmi.

Sementara penulisnya adalah 23 rektor dan guru besar yang tergabung dalam Asosiasi Rektor Merah Putih. Buku itu diterbitkan oleh Universitas Terbuka.

Hasto menuliskan epilog buku itu, sementara Megawati Soekarnoputri menuliskan prolognya. Mendikbudristek RI Nadiem Makariem menuliskan sambutannya di bagian awal buku. (tan/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hamdi Sebut Bung Hatta Tokoh Legenda yang Berintegritas


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler