Anak Pasien Jamkesmas Meninggal Karena Ortu tak Punya Uang

Kamis, 18 April 2013 – 17:20 WIB
ORANGTUA DONI: Kedua orangtua almarhum Doni saat ditemui METRO di rumah mereka, Rabu (17/4). Foto: Hengki Tobing/Metro Tapanuli
TERLAMBAT dioperasi, Doni Sitompul, bocah berusia 5 tahun, warga Desa Sitompul, Kecamatan Siatas Barita, Kabupaten Taput, Sumut, akhirnya meninggal dunia, Minggu (14/4) setelah sebelumnya sempat dirawat di dua rumah sakit. Doni adalah peserta Jamkesmas dan menderita penyakit atau mengalami penyumbatan di bagian usus.

Meski Doni tercatat sebagai peserta Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) tidak membuat orangtuanya merasa nyaman pergi berobat tanpa memegang uang. Akibat ketiadaan biaya, anak kelima dari enam bersaudara ini terpaksa dibawa pulang karena orangtuanya tidak memiliki uang.

Informasi tentang kisah meninggalnya Doni, baru terungkap, Selasa (16/4) setelah wartawan Metro Tapanuli (Grup JPNN) mendapat informasi dari sejumlah warga dan menemui kedua orangtua almarhum Doni.

Hotland Sitompul (55), ayah Doni didampingi istrinya, Fatimah boru Sihombing (39) saat ditemui di rumah mereka mengatakan, meski Doni tercatat sebagai peserta Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), tidak membuat mereka merasa nyaman pergi berobat tanpa memegang uang.

Hotland mengisahkan, awalnya mereka membawa Doni ke RSU Tarutung, Senin (8/4) lalu, karena mengeluh sakit di bagian perut. ”Sekitar seminggu sebelum kami bawa Doni ke rumah sakit, dia memang sudah mengeluh sakit dibagian perutnya. Karena tubuhnya makin kurus, oleh keluarga menyarankan untuk dibawa ke rumah sakit. Istri saya ditemani kepala desa pun akhirnya membawanya ke RSU Tarutung,” ujar Hotland.

Saat istrinya membawa Doni ke RSU Tarutung, Hotland yang bekerja sebagai seorang petani itu, langsung meminjam uang sebesar Rp1 juta kepada keluarganya sebagai pegangan selama Doni dirawat di RSU Tarutung, sekaligus mengurus surat-surat pasien Jamkesmas.

Di RSU Tarutung, Doni sempat mendapat perawatan medis di IGD dan dipindahkan ke ruang inap. “Kami tidak tahu apa sakitnya. Namun kata dokter ada pelipatan di ususnya. Setelah sempat dirawat di IGD, kemudian ke kamar inap, besoknya anak kami dirujuk ke RSU HKBP Balige,” timpal Fatimah boru Sihombing.

Setelah dibawa ke RSU HKBP Balige, kembali orangtua Doni meminjam uang sebesar Rp1,5 juta dari keluarga. Di RSU HKBP Balige, setelah melalui pemeriksaan, justru dokter menyarankan agar Doni dibawa ke Medan untuk menjalani operasi karena ada diagnosa tumor di bagian perut. “Dokter di Balige mengatakan ada tumor di bagian perutnya,” ujar Hotland.

Lagi, kedua orangtua Doni semakin pusing. Akhirnya, Doni dibawa pulang ke rumah sambil menunggu surat pasien Jamkesmasnya dikeluarkan. ”Surat pasien Jamkesmas itu belum keluar karena Doni belum masuk ke kartu keluarga kami. Sambil menunggu surat itu untuk pegangan kami ke Medan, kami bawa dia (Doni-red) pulang ke rumah,” papar Hotland.

Sabtu (13/4), kartu keluarga orangtua Doni pun sudah kelar. Tetapi, lagi karena alasan uang transport ke Medan dan biaya mereka selama disana tidak ada, orangtua Doni akhirnya menunggu pinjaman uang lagi. Tapi Tuhan berkehendak lain. Pada pukul 15.00 WIB, Doni menghembuskan nafas terakhirnya dan dikuburkan esoknya, Minggu (14/4).

“Sebelum meninggal, dia (Doni) sempat minta uang sama ibunya. Dia mungkin ingat ada uangnya dipegang ibunya. Namun setelah dikasih, malah dikembalikan lagi sama saya. Selain itu, dia masih memanggil adiknya yang paling kecil. Hingga akhirnya dia meninggal,” tutur Hotland dengan nada sedih. (cr-02/hsl)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dahi Berkerut Setiap Dengar Azan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler