SURABAYA - Stroke tidak hanya menyerang orang dewasa. Stroke juga bisa terjadi kepada anak-anak. Hanya, kebanyakan stroke terhadap orang dewasa disebabkan adanya penyakit lain seperti diabetes dan hipertensi. Penyebab stroke kepada anak biasanya adalah kelainan kongenital (bawaan) dan genetis.
Dokter Cindy Sadikin SpRad (K) dari Rumah Sakit Siloam mengungkapkan, tiap bulan setidaknya dirinya menangani seorang pasien anak yang menderita stroke. Orang tua yang membawa ke rumah sakit terkaget-kaget tiap kali anaknya didiagnosis menderita stroke.
Anak yang menderita stroke umumnya memiliki kelainan pembuluh darah seperti berbelok-belok. Kelainan pembuluh darah itu bisa terjadi di kepala, tubuh, maupun kaki. Saat anak terserang stroke, berbagai perubahan klinis akan terlihat. Misalnya, kejang-kejang, kelumpuhan di salah satu sisi tubuh, nyeri kepala hebat, atau bahkan sulit berbicara. ''Segera bawa anak ke rumah sakit jika mengalami gejala-gejala itu,'' jelas spesialis dan konsultan radiologi tersebut.
Stroke kepada anak bisa terjadi sewaktu-waktu. Dari beberapa pasien yang berobat ke rumah sakit, ada yang berusia 6-7 tahun. Ada juga yang berusia belasan tahun. Biasanya, penyakit mereka baru terdeteksi saat mengalami gejala stroke. Ketika mereka dibawa ke rumah sakit, dokter akan memastikan penyakitnya dengan pemeriksaan MRI (magnetic resonance imaging) atau CT scan.
Namun, orang tua biasanya memilih pemeriksaan MRI karena tanpa radiasi. Setelah pasien dinyatakan positif menderita stroke, salah satu tindakan yang bisa dilakukan adalah endovaskuler, melakukan terapi, atau operasi lewat pembuluh darah.
Prosesnya, dokter akan memasukkan alat ke pembuluh darah. Alat kecil itu berupa kateter sebesar pulpen yang dimasukkan lewat perut menuju kepala. Alat yang disertai kamera 3-D tersebut bakal mencari kelainan pembuluh darah di otak. Jadi, dokter dapat memonitor letak kelainan itu. Pembuluh darah tersebut kemudian ditutup.
Tindakan itu membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam, bergantung pada tingkat kesulitan kasusnya. Saat menjalani tindakan tersebut, pasien juga dibius total. Biasanya, pasien cukup menjalani 1-2 kali tindakan. ''Setelah itu, kondisinya akan stabil. Tidak ada perawatan khusus pascaoperasi. Berbeda dengan stroke kepada orang dewasa,'' ungkap alumnus FK Unair tersebut. Namun, dibutuhkan kerja sama antara dokter anak dan saraf untuk memantau penyakit itu.
Karena kelainan kongenital, penyakit tersebut tidak dapat dicegah. Hanya, penyakit itu bisa dideteksi sejak dini. Bahkan sejak bayi baru lahir. Deteksi bisa dilakukan dengan pemeriksaan MRI.
Cindy menyarankan, orang tua sebaiknya tanggap saat mendapati anaknya mengalami gejala stroke. ''Jangan berpikir panjang untuk segera membawa anak kepada dokter sebelum penanganannya telat,'' ujarnya.
Stroke kepada anak tidak bisa diremehkan. Diperkirakan, di AS sekitar 6 di antara 100.000 anak menderita stroke setiap tahun. Stroke adalah salah satu di antara 10 penyebab utama kematian anak-anak di AS. Sayangnya, di Indonesia prevalensi atau angka kejadiannya belum diketahui.(kit/c14/nw)
BACA JUGA: Awas, Jangan Terlalu Sering Pakai Sabun Antibakteri
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cara Mengajarkan Anak Tentang Cinta
Redaktur : Tim Redaksi