jpnn.com, JAKARTA - Analis politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Arifki Chaniago menyampaikan analisisnya tentang peluang dan tantangan PDIP bergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
Menurut Arifki, KIB terdiri dari PAN, Golkar, dan PPP hingga saat ini belum mendeklarasikan capres dan cawapresnya.
BACA JUGA: Politikus PDIP Sayangkan Jokowi Membiarkan Reshuffle Jadi Isu
Arifki mengatakan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menyatakan KIB sedang menunggu partai lain bergabung, setelah itu mendeklarasikan capres dan cawapres.
“Dari peta partai politik yang belum berkoalisi, PDIP satu-satu partai yang belum diasumsikan bergabung dengan koalisi mana pun,” ujar Arifki Chaniago pada Kamis (29/12).
BACA JUGA: Golkar Solid Dukung Airlangga, Opsi Pencapresan Ganjar oleh KIB Sulit Terwujud
Arifki menilai terdapat peluang dan tantangan jika PDIP berkoalisi dengan KIB.
Peluang
BACA JUGA: Pakar Politik dari BRIN Dorong KIB Mengajukan Capres Internal, Nih Alasannya
Pertama, PDIP memiliki mesin koalisi yang kuat jika bergabung dengan KIB. Selain itu, PDIP memiliki figur potensial yang jago di survei, Ganjar Pranowo.
Kader PDIP ini juga diindikasikan dekat dengan KIB sehingga komunikasi koalisi lebih cepat cair.
Kedua, bergabungnya PDIP dengan KIB tentu memberikan keuntungan bagi Jokowi karena bersatunya partai pendukung pemerintah melanjutkan agendanya pasca-Pilpres 2024.
“KIB bersatu dengan KIB bakal memperkecil jumlah koalisi politik di Pilpres 2024. Dua atau tiga pasang masih mungkin terbentuk, tetapi koalisi KIB dengan PDIP lebih mudah menggoyahkan partai lain,” ujar Arifki.
Tantangan
Pertama, PDIP mampu mengusung capres dan cawapresnya sendiri tanpa harus berkoalisi dengan partai lain.
“Ini momentum bagi PDIP untuk mengusung kader terbaik (ideologis) berada di pentas nasional,” kata Arifki.
Menurut dia, kesempatan ini juga bisa dimanfaatkan oleh PDIP untuk mencari cawapres non-parpol untuk berpasangan dengan kadernya.
Kedua, ini saatnya bagi PDIP melakukan eksperimen politik untuk mengusung kader ideologis tanpa harus khawatir kalah di Pemilu 2024.
PDIP bisa membantah teori efek ekor jas dengan memaksimalkan tokoh-tokoh terbaik yang bakal maju sebagai caleg.
Ketiga, saatnya bagi PDIP untuk memenangkan Pilpres tanpa harus berkoalisi dengan partai lain.
Pemilu serentak 2024 juga bakal mengalihkan fokus partai lain yang sedang mempersiapkan proses caleg.
Peluang ini berkemungkinan bisa dimaksimalkan oleh PDIP karena posisinya sebagai pemenang pemilu dua kali berturut-turut.
Menurut dia, sebagai partai pemenang pemilu di tahun 2014 dan 2019 cukup menyulitkan PDI-P melaksanakan misi ideologis karena harus berbagai kekuasaan dengan partai lain.
“Jika di Pemilu 2024 PDIP kembali mengambil kesempatan bergabung dengan KIB, padahal memiliki kesempatan membangun kekuatan politik sendiri,” ujar Arifki.
Menurut dia, peluang-peluang seperti ini bakal sulit didapatkan dan datang untuk kedua kalinya.
Arifki mengatakan PDIP ini sudah bisa mengusung capres dan cawapres sendiri. Tentu sangat rugi secara ideologis jika masih berkompromi dengan partai lain.
“Kesempatan ini tidak hanya ditunggu oleh kader-kader ideologis PDIP, tetapi juga publik yang berharap partai mengusung kader-kader terbaiknya dan figur non-parpol tanpa harus ada kompromi lintas partai,” ujar Arifki.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari