Analisis Kekuatan Klub-klub Besar Menjuarai Liga Champions 2020

Jumat, 07 Agustus 2020 – 14:24 WIB
Liga Champions. (ANTARA/Reuters)

jpnn.com, JAKARTA - Liga Champions babak 16 besar akan kembali digelar untuk memperebutkan empat slot tersisa di babak perempat final, Sabtu (8/8).

Manchester City akan menjamu Real Madrid di Etihad, sedangkan Olympique Lyon bertandang ke markas Juventus.

BACA JUGA: Manchester City Masih Penasaran Sama Trofi Liga Champions

City saat ini unggul berkat kemenangan 2-1 di Santiago Bernabeu, tetapi pasukan Pep Guardiola perlu kekuatan mental demi mencegah sentuhan dingin Zinedine Zidane kembali bertuah di Champions.

Sedangkan Juventus, sementara tertinggal 0-1 dari Lyon dan bukan tidak mungkin kiprah mereka di Champions bakal menjadi penentu nasib sang allenatore, Maurizio Sarri.

BACA JUGA: Jadwal Liga Champions dan Liga Europa Malam Ini Hingga Minggu Dini Hari

Belakangan desakan meminta Sarri dipecat cukup deras ditiupkan para suporter.

Sehari berselang, Bayern Muenchen akan menjamu Chelsea di Allianz Arena serta Napoli bertandang ke Camp Nou menghadapi Barcelona.

BACA JUGA: Prediksi Kandidat Juara di Liga Europa, Ketat!

Bayern boleh dibilang sudah menjejakkan satu kaki di perempat final, kecuali Frank Lampard bisa menciptakan mukjizat remontada bagi Chelsea.

Sementara nasib Quique Setien di Barcelona, boleh dibilang di ujung tanduk jika gagal mengantarkan Blaugrana melewati hadangan Napoli.


Profil Singkat 12 Tim Yang Masih Bertahan di Liga Champions

Atalanta:

Sejak kompetisi sepak bola dilanjutkan di tengah pandemi COVID-19, tim besutan Gian Piero Gasperini ini lekat dengan torehan ketajaman mereka dan berbagai rekor gol.

Sayangnya, penyerang mereka Josip Ilicic bakal absen dari kelanjutan Champions karena pulang ke Slovenia untuk alasan personal.

Absennya Ilicic akan membuat tumpuan kekuatan Atalanta beralih ke penyerang tersubur mereka, Duvan Zapata.

Atalandta juga berharap kegemilangan Alejandro Gomez serta Robin Gosens berlanjut, sebagai salah satu harapan untuk bisa melewati hadangan tim patron Prancis, Paris Saint-Germain di babak delapan besar.

 

Atletico Madrid:

Tim besutan Diego Simeone ini sudah berhasil menyingkirkan juara bertahan Liverpool untuk memesan tempat di delapan besar menghadapi RB Leipzig.

Sayangnya, problematika lama masih mendera mereka yakni ketajaman lini depan berbarengan dengan pola permainan Simeone yang tampak konservatif.

Alvaro Morata yang jadi top skor Atletico di La Liga Spanyol diharapkan bisa memecahkan problematika itu dibantu Saul Niguez sedangkan Jan Oblak boleh dibilang tempatnya tak tergoyahkan di bawah mistar gawang Los Rojiblancos.


Barcelona:

Menyebut Barcelona sudah pasti harus mengikutsertakan Lionel Messi, sosok yang praktis tiga tahun terakhir sendirian memikul beban Blaugrana di punggungnya.

Nama-nama mentereng seperti Luis Suarez, Antoine Griezmann dan Frenkie de Jong memang ada di Barcelona, tetapi sepanjang musim ini mereka tak ubahnya memainkan peran figuran dalam lakon Messi-nya Barcelona.

Di sisi lain, Setien juga dianggap bukan entrenador yang tepat untuk mengusung ambisi besar Barcelona, tetapi jika Messi berada dalam performa terbaik pelatih seburuk apa pun bisa diselamatkan nasibnya.


Bayern Muenchen:

Kehadiran Hansi Flick seolah menyuntikan gairah baru di kubu Bayern, yang tampak tanpa cela baik di Eropa maupun Jerman semenjak kepergian Niko Kovac.

Bekal tiga gol seharusnya cukup bagi Bayern untuk melangkah ke perempat final, kecuali mereka mengikuti jejak negatif Barcelona jadi korban remontada.

Roberto Lewandowski mungkin masih kalah subur di kancah domestik dibandingkan Ciro Immobile-nya Lazio.

Namun, ia punya penyokong kuat dalam Serge Gnabry dkk yang bisa membuat Bayern sebagai salah satu kandidat terkuat untuk juara Champions musim ini.


Chelsea:

Capaian Lampard yang tak berbelanja di musim perdananya bersama Chelsea harus diakui sesuatu yang luar biasa.

Namun, mereka seolah kehabisan gas di fase akhir kelanjutan kompetisi domestik di tengah pandemi.

Mereka harus susah payah menjaga empat besar dan kalah di final Piala FA dari Arsenal.

Christian Pulisic yang jadi salah satu pilar kekuatan rejuvenasi Chelsea di bawah Lampard kemungkinan absen.

Demikian juga sang kapten Cesar Azpilicueta, maka hanya keajaiban yang bisa mengantarkan The Blues membalikkan defisit tiga gol kontra Bayern di leg kedua 16 besar.


Juventus:

Sarriball kontra Cristiano Ronaldo adalah "konflik internal" yang harus segera ditemukan jalan keluarnya di Juventus.

Mereka juga memulai kembali kelanjutan kiprah di Champions dengan keadaan tertinggal 0-1 dari Lyon.

Pertanyaan berikutnya adalah sejauh mana reputasi jagoan Champions Ronaldo bisa membantu Juventus musim ini?


Manchester City:

Guardiola bilang City tak butuh izin siapapun untuk menjadi klub besar, tetapi nyatanya mereka harus memaksa Real Madrid bertekuk lutut jika pernyataan itu tak menjadi bumerang.

Mentalitas Eropa bukanlah sesuatu yang bisa diinjeksi dengan aliran dana dari Timur Tengah dan Kevin De Bruyne punya tantangan besar untuk bisa membuktikan kualitasnya memang level benua, bukan sekadar kompetisi domestik.

Lini belakang City masih bermasalah, dan jika itu tak segera diatasi bukan tidak mungkin mimpi menyentuh trofi Si Kuping Besar harus ditunda setahun lagi.


Napoli:

Salah satu kubu yang tak dijagokan, tetapi Napoli berhasil membalikkan prediksi ketika menjuarai Coppa Italia dengan mengalahkan Juventus yang di atas kertas lebih diunggulkan.

Kalidou Koulibaly beberapa tahun terakhir reputasinya menanjak sebagai palang pintu kualitas wahid dan itu bisa membantu Gennaro Gattuso memecahkan masalah ketika bertandang ke Barcelona untuk leg kedua 16 besar.

Sisanya, Napoli mungkin perlu berharap ketajaman Dries Mertens dan Arkadiusz Milik jika ingin menuliskan kisah upik abu di pentas Eropa.


Olympique Lyon:

Lyon kubu lain yang cukup diremehkan, tapi mereka sudah punya keunggulan satu gol atas Juventus jelang leg kedua 16 besar.

Penampilan terakhir mereka di partai final Piala Liga Prancis melawan PSG cukup menjanjikan, terutama di lini belakang yang dikomandoi Bruno Guimaraes.

Jika lini belakang mereka sudah solid, selanjutnya tim besutan Rudi Garcia itu tinggal berharap Memphis Depay dan Houssem Aouar dapat menemukan perfoma terbaik untuk menyokong ketajaman lini depan.


Paris Saint-Germain:

Masih belum diketahui separah apa cedera Kylian Mbappe. Lini depan PSG harus diakui tampak pincang tanpa keberadaannya.

Banderol mahal Neymar, kebengalan Mauro Icardi maupun kepiawaian Angel Di Maria rasanya tidak cukup menggantikan kualitas Mbappe.

Jika Mbappe bisa kembali, persoalan berikutnya bagi PSG adalah menumbuhkan mentalitas juara di Eropa, sesuatu yang tak juga tampak sedekade setelah dana Qatar membanjiri tim ibu kota Prancis itu.


RB Leipzig:

Timo Werner mungkin sudah pergi ke Chelsea dan tak akan tampil dalam kelanjutan Champions, tetapi Die Roten Bullen punya kekuatan lain bernama Julian Nagelsmann.

Juru taktik muda itu punya kartu as yang cukup menjanjikan selama ia bisa menemukan strategi yang tepat untuk setiap lawan.

Sisanya, Nagelsmann tinggal berharap Marcel Sabitzer dan Christoper Nkunku bisa jadi pembeda di sepertiga akhir lapangan serta Dayot Upamecano tetap kokoh mengawal pertahanan.


Real Madrid:

Zidane jadi sasaran kritik ketika memutuskan kembali ke Real, langkah yang dianggap terlalu berisiko merusak warisan gemilang di tenornya terdahulu.

Kritik itu dibungkamnya dengan mengantarkan Real juara La Liga untuk kali pertama dalam tiga tahun dan itu menjadi salah satu bekal membalikkan defisit 1-2 kontra City di leg kedua babak 16 besar Champions.

Sayangnya, jelang menjadi juara Real begitu bergantung dengan tendangan penalti, jika itu tak segera diatasi bukan tak mungkin sentuhan magis Zidane habis di Champions, setidaknya untuk semusim ini.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler