jpnn.com, JAKARTA - Direktur Survey and Polling (SPIN) Igor Dirgantara menyebut konflik Celeng vs Banteng merupakan bagian dari persaingan internal di PDIP demi memperoleh tiket berkontestasi pada Pilpres 2024.
Menurut Igor, Celeng secara kasat mata menjadi istilah bagi simpatisan atau pendukung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
BACA JUGA: Celeng Vs Banteng Ungkap Sisi Negatif PDIP, Rakyat Makin Ogah
Di sisi lain, istilah Banteng sangat identik dengan pendukung Ketua DPR RI Puan Maharani.
Menurut pengamat politik Universitas Jayabaya itu, konflik Celeng vs Banteng sebenarnya dinamika biasa dalam persaingan politik.
BACA JUGA: Catur Soroti Sisi Gelap Dunia Kampus, Mencemaskan
"Belum tentu dalam konflik tersebut barisan celeng atau Ganjar Pranowo itu diuntungkan atau sebaliknya," tutur Igor.
Dia menganalogikan konflik Celeng vs Banteng dengan persaingan bisnis Alfamart dan Indomaret dalam satu lokasi.
BACA JUGA: Banteng vs Celeng, Ubedilah: Cara Menaikkan Elektabilitas Ganjar dan PuanÂ
Menurut Igor, belum tentu konsumen yang berbelanja di Indomaret tidak akan mampir ke Alfamart atau sebaliknya.
"Jika melihat fakta di PDIP, Megawati punya hak prerogatif terkait pencapresan bagi kadernya," tutur dia.
Igor pun mencoba menganalisis pemenang dari Celeng vs Banteng. Jika mengacu kenyataan di hutan, banteng tentu menang ketika diadu dengan celeng.
"Jika melihat perkelahian sebenarnya antara binatang tersebut di hutan, celeng akan kalah lawan banteng," ungkap dia.
Namun, kata Igor, konflik Celeng vs Banteng tidak bisa dilihat dari kenyataan di hutan. Pasalnya, istilah itu muncul mengacu persaingan politik.
Dia kemudian menyinggung konflik Cicak vs Buaya antara KPK melawan Bareskrim Polri. Narasi publik ketka itu cenderung berpihak ke KPK yang mendapat istilah Cicak.
"Namun, Celeng vs Banteng bukanlah persoalan yang dianggap oleh publik sebagai bagian dari persoalan bangsa atau korupsi, tetapi problem internal dari partai penguasa dan ambisi politik," ungkapnya.(ast/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur : Friederich
Reporter : Aristo Setiawan