JAKARTA - Kegelisahaan masyarakat terhadap sejumlah aksi demonstrasi mahasiswa yang selalu anarkis direspon Badan Akriditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Salah satu cara yakni, dengan memberikan sanksi penurunan akreditasi bagi kampus yang selalu menggelar aksi demonstrasi tidak tertib.
Sanksi penurunan akreditasi itu, kata Ketua BAN-PT Prof Mansyur sudah cukup tepat. Karena memang pendidikan harus diarahkan pada pengembangan karakter. Aksi demonstrasi yang rusuh itu membuktikan tidak adanya pengembangan karakter kampus. ”Kita mengarah ke sana. Kampus-kampus yang selalu ricuh kondisinya harus dievaluasi akreditasi kampus tersebut,” kata Prof Mansyur dalam semiloka nasional Lembaga Akreditasi Mandiri di Jakarta, Selasa, (30/4).
Mansyur menambahkan, standar akreditasi PT terus disempurnakan. Bukan hanya mengukur pada kondisi fisik perguruan tinggi, pola pengajaran dan fasilitas saja. Tapi juga pada karakter mahasiswa yang menjadi tanggung jawab kampus. Karakter mahasiswa itu berkaitan pula dengan pola pengajaran. Tak sedikit kampus yang memang sangat longgar pola pengajarannya, sehingga mahsiswanya bisa melakukan berbagai tindakan yang kurang pantas.
”Penilaian itulah yang sedang terus digodok. Ini agar kampus dapat menjadi lembaga pendidikan yang sesungguhnya diharapkan masyarakat,” paparnya.
Apakah itu bakal mengancam kampus di Sulawesi Selatan? Mansyur memastikan semua kampus nyaris memiliki karakter kekerasan yang sama. Anarkisme terkesan menjadi bagian dari kehidupan mahasiswa. Padahal itu tidaklah benar. Meski demikian, dia menambahkan ukuran penilaian tersebut memang tidak tunggal. Ada faktor lain pula yang menjadi bagian penilaian. ”Mungkin pada sisi karakter mahasiwa, kampus itu gagal. Tapi pada sisi lain kan bisa saja bagus. Jadi nanti akreditasi itu melihat seluruhnya,” tambahnya.
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Illah Sailah mengatakan, pembelajaran pada perguruan tinggi memang perlu terus ditingkatkan. Karena itu, berkaitan pada pola aktivitas mahasiswa selama berada di luar kampus. Misalkan saja, banyak kegiatan kemahasiswaan yang cenderung tidak seiring dengan pendidikan. Hal tersebut membuat mahasiswa tak fokus pada kemampuannya. ”Mahasiswa tak hanya dibekali pengetahuan, tapi juga pemahaman dan keterampilan,” pungkasnya.
Dia menilai aksi demonstrasi yang anarkis itu menjadi saling terkait pada pola pengajaran dan kegiatan mahasiswa di luar kampus. Kondisi tersebut perlu disesuaikan kembali. ”Sanksi akreditasi itu sangat baik. Ini agar kampus bisa mengarahkan mahasiswanya secara baik,” ujarnya. (rko)
Sanksi penurunan akreditasi itu, kata Ketua BAN-PT Prof Mansyur sudah cukup tepat. Karena memang pendidikan harus diarahkan pada pengembangan karakter. Aksi demonstrasi yang rusuh itu membuktikan tidak adanya pengembangan karakter kampus. ”Kita mengarah ke sana. Kampus-kampus yang selalu ricuh kondisinya harus dievaluasi akreditasi kampus tersebut,” kata Prof Mansyur dalam semiloka nasional Lembaga Akreditasi Mandiri di Jakarta, Selasa, (30/4).
Mansyur menambahkan, standar akreditasi PT terus disempurnakan. Bukan hanya mengukur pada kondisi fisik perguruan tinggi, pola pengajaran dan fasilitas saja. Tapi juga pada karakter mahasiswa yang menjadi tanggung jawab kampus. Karakter mahasiswa itu berkaitan pula dengan pola pengajaran. Tak sedikit kampus yang memang sangat longgar pola pengajarannya, sehingga mahsiswanya bisa melakukan berbagai tindakan yang kurang pantas.
”Penilaian itulah yang sedang terus digodok. Ini agar kampus dapat menjadi lembaga pendidikan yang sesungguhnya diharapkan masyarakat,” paparnya.
Apakah itu bakal mengancam kampus di Sulawesi Selatan? Mansyur memastikan semua kampus nyaris memiliki karakter kekerasan yang sama. Anarkisme terkesan menjadi bagian dari kehidupan mahasiswa. Padahal itu tidaklah benar. Meski demikian, dia menambahkan ukuran penilaian tersebut memang tidak tunggal. Ada faktor lain pula yang menjadi bagian penilaian. ”Mungkin pada sisi karakter mahasiwa, kampus itu gagal. Tapi pada sisi lain kan bisa saja bagus. Jadi nanti akreditasi itu melihat seluruhnya,” tambahnya.
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Illah Sailah mengatakan, pembelajaran pada perguruan tinggi memang perlu terus ditingkatkan. Karena itu, berkaitan pada pola aktivitas mahasiswa selama berada di luar kampus. Misalkan saja, banyak kegiatan kemahasiswaan yang cenderung tidak seiring dengan pendidikan. Hal tersebut membuat mahasiswa tak fokus pada kemampuannya. ”Mahasiswa tak hanya dibekali pengetahuan, tapi juga pemahaman dan keterampilan,” pungkasnya.
Dia menilai aksi demonstrasi yang anarkis itu menjadi saling terkait pada pola pengajaran dan kegiatan mahasiswa di luar kampus. Kondisi tersebut perlu disesuaikan kembali. ”Sanksi akreditasi itu sangat baik. Ini agar kampus bisa mengarahkan mahasiswanya secara baik,” ujarnya. (rko)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Temui Ratusan Guru, Mendikbud Tak Mau Diliput
Redaktur : Tim Redaksi