JAKARTA - Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan Anas Urbaningrum tetap menjadi Ketua Umum Partai Demokrat. Namun demikian, masih ada saja pihak yang meminta agar Anas mundur.
Politisi Partai Demokrat, Ruhut Sitompul menerangkan bahwa Anas merupakan duri dalam daging di tubuh SBY. "Aku naik taksi, rakyat bilang kasihan Pak SBY durinya ada di Pak Anas," kata Ruhut di DPR, Jakarta, Selasa (19/2).
Itu sebabnya, Ruhut masih tetap nyaring menyuarakan agar Anas mengundurkan diri saja dari jabatannya sebagai Ketua Umum. Sehingga Demokrat bisa melaksanakan Konggres Luar Biasa.
Menurut Ruhut, SBY sebenarnya bisa saja melakukan KLB pada saat Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas). Namun hal itu tidak dilakukannya karena ia merupakan orang yang taat hukum. Tindakan SBY tersebut akhirnya diikuti oleh 2/3 kader Demokrat yang ikut dalam Rapimnas. "SBY membangun semangat kebersamaan," ujarnya.
Lebih lanjut, Ruhut mengaku Demokrat tersandera oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pasalnya lembaga antikorupsi tersebut belum jua memastikan status Anas. "KPK bilang bukti belum lengkap, ini membuat kami tersandera," kata dia.
Seperti diketahui, SBY dalam pidatonya mengaku tahu bahwa publik maupun pihak di luar Demokrat mengharapkan hal yang menghebohkan akan terjadi di Rapimnas. Apalagi beberapa hari sebelum Rapimnas digelar sejumlah isu menyebar, yang menyebut bahwa Rapimnas akan menjadi KLB untuk menggulingkan Anas.
Belum lagi isu yang mengatakan Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas akan menggantikan Anas sebagai Ketua Umum.
Namun, SBY menepis semua rumor dan isu tersebut. Menurutnya, Rapimnas hanya membahas mengenai penataan dan konsolidasi kembali partai yang terpuruk itu untuk mengembalikan citra dan elektabilitas. (gil/jpnn)
Politisi Partai Demokrat, Ruhut Sitompul menerangkan bahwa Anas merupakan duri dalam daging di tubuh SBY. "Aku naik taksi, rakyat bilang kasihan Pak SBY durinya ada di Pak Anas," kata Ruhut di DPR, Jakarta, Selasa (19/2).
Itu sebabnya, Ruhut masih tetap nyaring menyuarakan agar Anas mengundurkan diri saja dari jabatannya sebagai Ketua Umum. Sehingga Demokrat bisa melaksanakan Konggres Luar Biasa.
Menurut Ruhut, SBY sebenarnya bisa saja melakukan KLB pada saat Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas). Namun hal itu tidak dilakukannya karena ia merupakan orang yang taat hukum. Tindakan SBY tersebut akhirnya diikuti oleh 2/3 kader Demokrat yang ikut dalam Rapimnas. "SBY membangun semangat kebersamaan," ujarnya.
Lebih lanjut, Ruhut mengaku Demokrat tersandera oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pasalnya lembaga antikorupsi tersebut belum jua memastikan status Anas. "KPK bilang bukti belum lengkap, ini membuat kami tersandera," kata dia.
Seperti diketahui, SBY dalam pidatonya mengaku tahu bahwa publik maupun pihak di luar Demokrat mengharapkan hal yang menghebohkan akan terjadi di Rapimnas. Apalagi beberapa hari sebelum Rapimnas digelar sejumlah isu menyebar, yang menyebut bahwa Rapimnas akan menjadi KLB untuk menggulingkan Anas.
Belum lagi isu yang mengatakan Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas akan menggantikan Anas sebagai Ketua Umum.
Namun, SBY menepis semua rumor dan isu tersebut. Menurutnya, Rapimnas hanya membahas mengenai penataan dan konsolidasi kembali partai yang terpuruk itu untuk mengembalikan citra dan elektabilitas. (gil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Politisi Banteng Bela Jokowi
Redaktur : Tim Redaksi