Ancam PM Australia, Pria Uzur Diganjar 2,5 Tahun Penjara

Sabtu, 28 Juli 2012 – 09:39 WIB

BRISBANE - Seorang pria uzur di Australia dijatuhi hukuman 2,5 tahun penjara lantaran ulahnya menebar teror ke berbagai kalangan di negeri Kanguru itu. Pria 81 tahun bernama John Gordon,  berulah dengan mengirimkan peluru dan detonator bom via surat ke sejumlah politisi terkemuka, tokoh keagamaan dan beberapa direktur bank.

Gordon mengaku bersalah di hadapan Pengadilan Negeri Brisbane atas 12 dakwaan mengirimkan surat bernada ancaman yang salah satunya dialamatkan kepada Perdana Menteri Julia Gillard maupun pendahulunya Kevin Rudd. Gordon juga didakwa melontarkan ancaman serupa ke pemimpin oposisi Australia, Tony Abbott.

Pengacara Gordon, Bruce Mumford, mengatakan kepada hakim bahwa kliennya sangat menyesali aksi yang dilakukannya antara tahun 2007 dan 2010 lalu itu. Mumford mengatakan ‘mood yang buruk’ mendorong Gordon melakukan semua perbuatan buruk itu.

Meski demikian, hakim Brian Devereux tetap menjatuhkan hukuman ke Gordon dengan penjara selama 2 tahun 6 bulan dan mengizinkannya bebas bersyarat jika setelah 8 bulan di penjara mampu berkelakuan baik.

“Anda mengirimkan peledak melalui jasa pos dalam enam kali kesempatan. Tindak-tanduk anda layak mendapat  kecaman publik,” kata sang hakim, sebagaimana dikutip harian Courier Mail seperti dikutip AFP, Jumat (27/7). “Kejahatan anda sangat serius sekaligus menunjukkan anda adalah seorang pengecut,” sambung sang hakum.

Fakta persidangan menunjukkan bahwa Gordon berhasil ditangkap setelah analisis forensik mendalam atas suratnya kepada Abbot. Dalam surat yang dikirim ke Abbot itu ternyata terdapat nama Gordon yang secara tak sengaja tersalin dari tulisan surat sebelumnya yang dijadikan alas saat menulis surat ancaman.

Dalam surat kepada Abbot  tersebut Gordon mengaku telah meracuni tangki penyimpanan air di sebuah motel yang diduganya dihuni pengungsi dari luar negeri dan menuliskan kalimat : “Kami akan segera menyingkirkan semua warga asing dari tanah Australia. Semoga mereka mati dengan cara menyakitkan.”
Surat tersebut ditulis akibat kemarahannya atas kebijakan imigrasi dan pendidikan pemerintah.(AFP/ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... ATM Error Keluarkan Uang Lebih Banyak


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler