Ancaman Erdogan Terbukti, Jurnalis Turki Dipersekusi Gegara Mewartakan Gempa Bumi

Minggu, 26 Februari 2023 – 16:09 WIB
Presiden Recep Tayyip Erdogan mengunjungi area terdampak gempa di Provinsi Hatay, Turki, Senin (20/2/2023). Foto: Yasin AKGUL / AFP

jpnn.com, ISTANBUL - Setidaknya empat jurnalis sedang diselidiki karena laporan mereka soal gempa bumi yang menewaskan sekitar 50.000 orang di seluruh Turki dan Suriah, menurut laporan.

Dilansir The Independent, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebelumnya telah memperingatkan para pewarta untuk tidak menulis berita palsu dan mengancam mereka yang menyebabkan kekacauan sosial akan dituntut.

BACA JUGA: Gempa Turki Paksa 20 Ribu Pengungsi Suriah Kembali ke Zona Perang

Mir Ali Kocer, seorang jurnalis lepas yang tengah diselidiki oleh pihak berwenang mengklaim bahwa dia tidak pernah menyiarkan informasi tanpa melakukan penelitian dan analisis menyeluruh terlebih dahulu.

Reporters Without Borders (RSF) menyebut penyelidikan terhadap Kocer tidak masuk akal.

BACA JUGA: Astaga, Turki Dilanda 6.000 Gempa Bumi Selama Februari

Kelompok advokasi media lainnya, Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mengklaim bahwa setidaknya tiga jurnalis lain menghadapi tuntutan pidana karena melaporkan atau berkomentar soal gempa bumi dan jumlah korban yang sangat besar.

Merdan Yanardag dan Enver Aysever mengkritik upaya penyelamatan pemerintah pascagempa. Mereka berdua kini telah ditahan oleh pihak berwenang dan terancam hukuman tiga tahun penjara.

BACA JUGA: Pemilu di Depan Mata, Presiden Erdogan Tebar Janji Manis di Lokasi Gempa

Beberapa hari yang lalu, polisi mencegah wartawan Sibel Tekin dan pengacaranya mengadakan konferensi pers di depan gedung pengadilan tempat sidang pertama terhadap Tekin diadakan.
Sedikitnya lima jurnalis perempuan diadang, diancam, dan diikuti polisi.

Organisasi kebebasan pers mengklaim bahwa puluhan orang telah ditahan, dilecehkan, atau dicegah untuk meliput.

Pakar menilai bahwa tindakan keras pemerintah terhadap kebebasan berbicara ini sudah terlalu jauh.

“Pemerintah sedang berusaha menekan informasi yang datang dari zona gempa,” kata pakar hak siber Yaman Akdeniz yang mengajar di Universitas Istanbul Bilgi seperti dikutip BBC.

Lebih dari 160.000 bangunan, berisi 520.000 flat, runtuh atau rusak parah akibat gempa bumi yang menewaskan lebih dari 50.000 orang di seluruh Turki dan Suriah awal bulan ini.

Jutaan korban yang kehilanggan tempat tinggal kini hidup di kamp-kamp pengungsian dalam cuaca musim dingin.

Erdogan telah berjanji untuk membangun kembali perumahan dalam waktu satu tahun. (theindependent/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler