jpnn.com, JAKARTA - Preferensi publik terhadap sosok cawapres cukup dinamis. Namun, peningkatan performa elektoral tampak menonjol pada sosok Andika Perkasa.
Momentum politik Andika yang masuk dalam radar perbincangan elite dan publik, ditambah rekam jejak, lingkungan pergaulan, dan reputasi cemerlang saat menjabat panglima TNI ikut menyumbang kenaikan elektabilitas yang melesat tersebut.
BACA JUGA: Andika Perkasa Sebut 2 Keunggulan Ganjar Pranowo, Tertinggi, Dua Kali Lipat
“Posisi Andika sangat melejit sebagai Cawapres pada survei kami bulan Juli. Pada saat ini Andika merupakan Cawapres yang cukup diperhitungkan sebagai the rising star,” kata Mawardin Sidik Direktur Eksekutif SPIN yang berafiliasi dengan PUSPOLL Indonesia saat menyampaikan rilis survei nasional peta kandidasi Pilpres 2024 dan peta kepemimpinan Sipil-Militer, di Jakarta Sabtu (29/7).
Hal tersebut didukung oleh elektabilitas yang merepresentasikan latar belakang karier Cawapres.
BACA JUGA: Jenderal (Purn) Andika Perkasa Jadi Energi Positif Pemenangan Ganjar Pranowo
“Cawapres dari kalangan militer menduduki peringkat pertama sebesar 38,6 persen menyusul Kepala Daerah 24,3 persen kemudian Tokoh Agama 10,3 persen, Menteri 6,5 persen dan Pengusaha 3,1 persen,” paparnya.
Lebih lanjut Mawardin menjelaskan persepsi pemilih terhadap ancaman domestik-nasional dan regional-global dalam lanskap pertahanan-keamanan (hankam), bertautan pula dengan diskursus mutakhir mengenai prospek kepemimpinan sipil-militer pada Pilpres 2024 yang juga ikut mengemuka.
BACA JUGA: Pelatihan Jurkam Ganjar Pranowo, Andika Perkasa hingga Arsyad Rasjid jadi Pembicara
“Hal ini menjadi konteks bagi kami melakukan survei khusus pada figur Cawapres potensial yang berlatar belakang militer,” ujar Mawardin.
Dalam survei terbaru, kata dia, dari simulasi nama-nama elite jenderal yang ditanyakan ke publik, elektabilitas Andika Perkasa menduduki posisi paling teratas, yakni sebesar 35,5 persen, diikuti oleh AHY 27,6 persen, Wiranto 10,7 persen, Luhut Binsar Panjaitan 9,1 persen, Moeldoko 8,5 persen, Gatot Nurmayanto 2,0 persen.
“Ijtihad politik teranyar dari Andika Perkasa yang memberikan dukungan secara terbuka kepada Capres Ganjar Pranowo nampaknya memeroleh berkah elektoral. Timing kehadiran dan integritasnya yang cukup terjaga, walhasil peluang duet sipil-militer cukup terbuka” katanya.
Memanasnya suhu politik global akibat perang Rusia versus Ukraina, turbulensi kawasan di laut Cina selatan, ancaman keamanan manusia (human security) akibat virus, rivalitas Amerika Serikat (USA) dan China, terorisme dan kejahatan trans-nasional merupakan tantangan bagi eksistensi NKRI di masa depan.
Artinya, cawapres yang berlatar belakang militer dengan kemampuan intelijen-strategis dan kecakapan diplomasi internasional memeroleh nilai plus.
Dia mengatakan potensi persoalan kawasan regional dan global tersebut yang kami nilai penting untuk dilihat dari prespesi publik. Bagaimana publik melihat Cawapres yang tepat untuk menghadapai berbagai persoalan regional dan global tersebut. Cawapres yang paling kuat untuk isu pertahanan-keamanan dan hubungan luar negeri adalah Andika Perkasa.
“Ihwal itu terpantul pada pemikirannya yang tegas, cerdas, visioner yakni reaktualisasi peran diplomasi militer dalam kerangka kebijakan politik luar negeri. Namun, semuanya tergantung pada keputusan dan kesepakatan kolektif para partai pengusung/pendukung capres yang ada,” paparnya.
Menurutnya, logika elektoral dan matematika politik tetap menempati ruang yang pokok dalam proyeksi dan konfigurasi capres-cawapres.
Dalam kontestasi elektoral 2024, variabel cawapres memiliki posisi yang signifikan dalam memenangkan pertarungan Pilpres mendatang.
Jika capres memilih cawapres secara tepat dengan kalkulasi elektoral yang terukur, maka potensi kemenangan di palagan Pilpres 2024 semakin besar.
Namun, kompetensi dan kapasitas inteligensi dalam memahami geopolitik dan geostrategis internasional, tak bisa diabaikan juga di tengah dinamika dunia yang cepat berubah.
Untuk diketahui, survei diselenggarakan pada 1 hingga 26 Juli 2023 yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara melalui telepon yang berpedoman pada kuisioner terstruktur.
Jumlah sampel yang ditentukan secara acak untuk ditelepon sebanyak 1.200 responden, memakai teknik pengacakan sistematis (systematic random sampling).
Sebagai catatan, survei ini memiliki toleransi kesalahan (margin of error) sebesar ±2,83 persen dan tingkat kepercayaan (confidence level) sebesar 95 persen.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari