Angkat Isu Alien, Tiga Pelajar Indonesia Juara Dunia Debat

Senin, 06 Agustus 2018 – 00:05 WIB
Juara dunia debat, Ki-ka: Nadya, Putri, Erin. Foto: Mesya Mohamad/JPNN.com

jpnn.com - Tiga pelajar Indonesia meraih prestasi membanggakan, manyabet gelar juara lomba debat level internasional. Mereka sukses menggondol 38 medali (30 emas, 8 perak) dan tiga piala di ajang The World Scholar's Cup Global Round 2018, Barcelona.

Mesya Mohamad - Jakarta

BACA JUGA: Lion Air Group Beri Harga Khusus Bagi Pelajar Malaysia di Indonesia

ADALAH Putri Aimee Srijaya, Erin Michelle, dan Nadya Annabelle Lummy. Tiga pelajar ini mengikuti lomba serupa untuk yang kedua kalinya. Namun, tahun ini, ketiganya sukses besar karena bisa menyaingi 2.100 peserta dari 57 negara.

Menariknya, untuk persiapan ke Barcelona, ketiga siswa yang masih duduk di kelas III SMP National High Jakarta School ini hanya butuh waktu satu bulan.

Putri yang merupakan ketua tim debat mengungkapkan, dalam sebulan mereka mempelajari enam topik yang akan dilombakan. Mereka melakukan riset, menuliskan opininya, didiskusikan, dan siap didebat.

"Saat lomba di Barcelona, tim kami dapat topik soal keberadaan alien di bumi. Ini tema yang cukup sulit karena manusia tidak pernah tahu apa dan bagaimana itu alien. Berbeda dengan perang, yang sudah jelas gambarannya seperti apa," tutur Putri di Jakarta, Minggu (5/8).

Beruntung Putri dan timnya (Nadya dan Erin) punya daya imajinasi tinggi sehingga mereka bisa memertahankan argumennya soal keberadaan alien dengan dunia yang kalut.

Diceritakan Putri yang lahir 26 September 2004, dalam lomba world scholar's mereka tidak hanya dituntut jago debat tapi juga harus mampu menulis, scholar's bowl, dan scholar's challenge.

Untuk menguasai itu mereka belajar otodidak dengan mencari sumber lewat digital. Guru pendamping hanya memberikan petunjuk, Putri dan timnya melakukan riset sendiri.

"Kami tidak terlalu sulit untuk materi debat karena di sekolah ada ekskul debat," tambah Erin yang kelahiran 2 Maret 2004.

Lantas siapa lawan terberat mereka? Menurut Putri, lawan paling berat dari Israel dan Vietnam. Sedangkan yang paling mudah adalah Amerika Serikat.

Untuk meraih prestasi dunia, Putri, Erin, dan Nadya ternyata lebih banyak menghabiskan waktunya dengan belajar. Waktu belajar mereka mulai pukul 04.00 hingga 21.00. Pukul 22.00 ketiganya memilih untuk tidur dan bebas dari gadget.

"Kalau kami kebetulan punya pola belajar yang sama. Kami lebih nyaman tidur paling telat jam 10 malam dan bangun pagi-pagi jam 4 terus belajar sampai jam 6. Kemudian ke sekolah sampai jam 3 sore, lanjut les," beber Nadya kelahiran 25 Juni 2004.

Nadya yang hobi menggambar ini mengaku lebih senang belajar daripada jalan-jalan ke mal. Dia hanya bermain dengan temannya saat di sekolah atau lewat telepon.

Walaupun sudah menjadi juara debat dunia, baik Putri, Erin, dan Nadya tidak tertarik untuk menjadi diplomat atau politikus. "Aku enggak suka jadi politikus, bikin stres dan cepat tua," ujar Nadya.

Sama halnya Putri, walaupun diharapkan orangtuanya menjadi pebisnis, dia malah tertarik ke dunia media. Dia ingin mempelajari dampak media bagi kehidupan manusia.

Sedangkan Erin yang senang biola, lebih condong menjadi pemusik. "Kalau politik enggak suka. Bisnis sedikit suka, biola paling suka tapi aku belum tahu cita-cita mau jadi apa nanti," ucapnya polos.

Dia menceritakan terbiasa berdebat karena dalam keluarganya diajarkan untuk diskusi. Diskusi dilakukan saat makan malam dan tanpa gadget. Hasil didikan orangtuanya itu membuatkan hasil, Erin dan kakaknya sama-sama juara debat dunia. "Kalau kakak juara debatnya tahun lalu," cetus Erin.

Ketiga siswa ini mengaku bangga bisa mengharumkan nama Indonesia di tingkat dunia. Mereka juga bersyukur bisa ikut lomba yang mengajarkan mereka tentang diplomasi dan melakukan riset. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler