Anies Baswedan: Tidak Ada Satu pun yang Siap Menghadapi Wabah Ini

Minggu, 26 Juli 2020 – 05:57 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Foto: Antara

jpnn.com, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengakui bahwa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) adalah strategi untuk mengulur waktu sehingga pemerintah bisa mempersiapkan fasilitas kesehatan yang cukup untuk menangani wabah COVID-19.

Anies menyebutkan, pada awal kemunculan COVID-19 banyak yang belum diketahui oleh pemerintah dan masyarakat tentang virus tersebut, bagaimana cara penanganannya, dan sebagainya. Ketika itu kapasitas test dan jumlah tempat tidur di rumah sakit juga masih terbatas.

BACA JUGA: Anak Buah Anies Baswedan Minta Warga Paham, Situasi Jakarta Belum Normal

"Memang tidak ada satu pun kota di dunia, negara di dunia yang siap untuk menghadapi wabah seperti ini. Nah bila kapasitas pelayanan kesehatan itu sampai jumlahnya kecil daripada kasus positif yang membutuhkan perawatan, maka sistem kita ambruk," kata Anies dalam video yang disiarkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, Sabtu (25/7).

Menurut Anies, sistem ambruk dikarenakan jumlah yang membutuhkan rumah sakit lebih banyak dari fasilitas yang ada.

BACA JUGA: Kinerja Anies Dinilai Tak Sebaik Ridwan Kamil dan Ganjar

Untuk menghadapi semua itu, pada masa awal pandemi strategi yang dilakukan Jakarta dengan melakukan pembatasan sosial sosial dengan ketat atau PSBB.

Dalam proses ini, masyarakat diminta tidak berkegiatan di luar rumah dengan harapan bisa memperlambat laju penyebaran.

BACA JUGA: Survei Membuktikan: Ganjar Lebih Baik dari Anies dalam Menangani COVID-19

Sementara itu, Pemprov DKI aktif melakukan peningkatan kemampuan testing, peningkatan kapasitas rumah sakit.

Langkah tersebut dilakukan lewat kerjasama dengan sejumlah pihak. Sehingga ketika PSBB mulai dilonggarkan, masyarakat mulai memasuki masa transisi, Jakarta sudah memiliki kapasitas rumah sakit yang cukup, kemampuan testing yang amat tinggi.

"Dengan cara begitu maka kita menjalankan tanggung jawabnya," katanya.

Tapi, lanjut Anies, ketika masyarakat sudah diminta untuk tetap di rumah tetapi tidak dibarengi dengan peningkatan kapasitas rumah sakit dan peningkatan kemampuan testing, ada potensi risiko yang amat besar ketika memasuki masa transisi (normal baru).

"Ini adalah salah satu cara dari kita di Jakarta mengambil sikap yang bertanggungjawab dan memastikan bahwa keselamatan selalu nomor satu," kata Anies.

Di masa PSBB transisi perpanjangan ini, Anies mengingatkan masyarakat untuk terus waspada akan penularan COVID-19, mengingat ada tren kenaikan kasus dalam kurun waktu dua pekan terakhir.

Perkantoran dan komunitas warga menjadi tempat rawan penyebaran COVID-19 yang harus diwaspadai warga dengan cara menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Selain itu, Anies juga mengajak masyarakat memberikan dukungan kepada seluruh tenaga kesehatan yang ada di negeri ini.

Menurut dia, tenaga kesehatan telah bertaruh nyawa, bertarung setiap hari di medan tempur paling berat, dengan risiko terpapar virus.

Saat ini seluruh rumah sakit, seluruh puskesmas, seluruh tenaga kesehatan, sungguh-sungguh berjibaku melawan virus, dan bekerja sepenuh hati menyelematkan nyawa orang-orang yang yang terpapar dan harus dirawat.

"Karena itu dukung mereka, doakan mereka, hentikan segala macam fitnah kepada mereka. Fitnah dengan isu-isu jahat seakan mereka mencari keuntungan pribadi," kata Anies. (ant/dil/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler