Anis Matta: Pembubaran Negara Israel Bisa Menjadi Jalan Keluar

Senin, 24 Mei 2021 – 12:09 WIB
Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menilai pembubaran Israel menjadi solusi mengakhiri konflik berkepanjangan. Foto: Arry Saputra/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menilai pembubaran Israel menjadi solusi mengakhiri konflik berkepanjangan antara negara yang dipimpin Benjamin Netanyahu itu dengan Palestina.

Pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan itu mengatakan pembubaran suatu negara hal biasa dan pernah menimpa Uni Soviet dan Yugoslavia. Setelah bubarnya Uni Soviet, kemudian muncul Rusia menjadi kekuatan baru global. 

BACA JUGA: Jumlah Kader Partai Gelora Sudah Sebegini, Coba Lihat Oktober Nanti

"Pembubaran negara Israel bisa menjadi jalan keluar," kata Anis Matta dalam keterangan persnya, Senin (24/5). 

Menurut dia, pembubaran negara Israel perlu dilakukan secara permanen. Sebab, Israel sebelumnya tidak ada dalam peta, tiba-tiba muncul karena hutang budi negara Eropa setelah genosida terhadap kaum Yahudi.

BACA JUGA: Indonesia Masih Berdagang dengan Israel, Pak Yandri Minta Pemerintah Keluarkan Kebijakan Boikot

"Mengapa negara Israel tidak ada dalam peta, kemudian dimunculkan karena semangat ultranasionalisme Eropa terhadap orang Yahudi, sehingga menjadi hutang budi dengan mendirikan negara Israel," kata Anis Matta.

Wakil Ketua DPR periode 2009-2013 itu mengatakan ketika Israel dibubarkan, orang-orang Yahudi di sana bisa dikembalikan ke negara asal.

Bisa juga, kata Anis Matta, orang-orang itu diintegrasikan dalam satu titik untuk membentuk negara baru yang disepakati PBB dan komunitas internasional.

"Orang Yahudi itu datang dari mana, sebelum migrasi besar-besaran ke Palestina, kembalikan ke asalnya," ungkap dia.

Sekretaris Jenderal Partai Gelora Indonesia Mahfuz Sidik mengatakan ide mendorong pembentukan antara Israel dan Palestina tidak jelas hingga sekarang, padahal hal tersebut bisa mengurangi tingkat konflik dua negara.

"Dari 1994 sampai 2021 berjalan semakin tidak jelas, sejumlah negara mulai skeptis terhadap ide dua negara. Sehingga diperlukan proyeksi dan skenario penyelesaian konflik ke depan seperti apa," kata Mahfuz. (ast/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler