Antam Dukung Produksi Massal Baterai untuk Kendaraan Listrik

Sabtu, 11 Desember 2021 – 22:37 WIB
Stasiun pengisian baterai kendaraan listrik Tesla. Foto: Reuters

jpnn.com, JAKARTA - PT. Aneka Tambang (Antam) mendukung upaya pemerintah yang menargetkan produksi massal baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) pada 2025 mendatang.

Antam mendukung Indonesia menjadi produsen utama baterai sebab terdapat cadangan nikel yang sangat besar dan berkualitas.

BACA JUGA: Cek Harga Emas Antam Terkini di Akhir Pekan

Pengamat Hukum Energi dan Pertambangan Universitas Tarumanegara Ahmad Redi mengapresiasi dukungan PT Antam tersebut.

Menurutnya, dukungan itu sangat penting dalam menyukseskan program produksi massal EV yang dicanangkan pemerintah dalam lima tahun ke depan ini.

BACA JUGA: Harga Emas Antam dan UBS 24 Karat Hari Ini Menarik, Yuk Borong!

Redi mengatakan Indonesia tidak hanya mampu menjadi produsen, tetapi juga sangat memenuhi syarat untuk menjadi pemain global dalam industri ini.

“Bahan baku untuk baterai kendaraan listrik itu kita sangat kaya raya sehingga sudah semestinya Indonesia menjadi pemain global di sektor baterai mobil listrik ini,” kata Redi di Jakarta.

BACA JUGA: Tahun Ini Antam Bagikan Deviden Rp 399 miliar

Salah satu syaratnya, kata dia, semua stakeholders, terutama empat BUMN yakni PT Aneka Tambang Tbk (Antam), Industri Pertambangan Mind ID (Inalum), PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero) dapat memaksimalkan perannya masing-masing.

Menurutnya, PT Antam sangat tepat jika terlibat penuh mengingat perusahaan itu bergerak di sektor tambang dan menghasilkan bijih nikel yang merupakan bahan baku dari EV. 

Redi juga mendukung apabila EV ini bisa menjadi leading sektor PT Antam.

“Menteri BUMN sudah membentuk Indonesia Battery Corporation ya. Di situ ada Mind ID, Pertamina, PLN, dan Antam. Nah, karena ini terkait dengan komoditas tambang, maka PT Antam punya legal standing karena memiliki sumber baku EV ini, sehingga ini bisa menjadi leading sector Antam, karena EV itu memang berkaitan dengan bijih nikel,” jelasnya.

Redi juga menegaskan jangan sampai Indonesia melepaskan momen terbaik itu.

“Pemerintah ya harus lebih cepat lagi geraknya, DPR juga pengawasannya harus lebih maksimal, dan tentu manajemen dan direksi dari BUMN yang terlibat, agar bekerja keras. Jadi kita harus jadi raja baterai listrik apalagi permintaan baterai listrik ini makin hari kan makin tinggi seiring dengan meningkatnya industri mobil listrik. Jadi EV ini sudah menjadi kebutuhan otomotif sedunia ini,” tambahnya.

Redi juga setuju dengan UU Minerba yang melarang ekspor bijih nikel keluar negeri. “Karena kalau kita lama-lama ekspor bijih nikel keluar, malah bisa jadi negara lain yang memanfaatkan dari sumber daya Indonesia. Sama seperti dulu, sumber daya kita diekspor ke luar negeri, kemudian negara lain olah kembali, sehingga kita hanya jadi penonton. Jadi menurut saya kuncinya kita perlu manajemen yang lebih baik lagi dan juga harus ada insentif dari pemerintah," pungkasnya. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler