jpnn.com, JAKARTA - PT Angkasa Pura II (Persero) mulai mendirikan Airport Operation Control Center atau AOCC.
Pembangunan itu untuk mendukung Bandara International Soekarno-Hatta menjadi smart connected airport.
BACA JUGA: Bandara Blimbingsari Diserahkan pada AP II
Adapun pendirian AOCC di Gedung 631, Bandara Internasional Soekarno-Hatta, ini juga hasil kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan di bandara yang terdiri dari unsur 4A.
Yaitu airport operator, airline operator, air navigation, dan authorities seperti karantina, bea cukai, imigrasi, dan kepolisian.
BACA JUGA: Target Proyek KA Bandara November, Menhub Ingin Lebih Cepat
Terlibatnya seluruh stakeholder bandara karena AOCC mengintegrasikan pengelolaan sumber daya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta guna bisa beroperasi secara efektif dan efisien.
Sekaligus agar bisa mengakomodir terwujudnya keselamatan (safety), keamanan (security), pemenuhan atas regulasi (compliance), serta pelayanan (services).
BACA JUGA: Selain Soekarno Hatta, Pergerakan Bandara Juanda jadi yang Tersibuk
Secara umum, fungsi AOCC adalah sebagai suatu command center untuk mengawasi operasional di sisi udara dan sisi darat serta mencakup seluruh aktivitas kedatangan dan keberangkatan di bandara.
“AOCC merupakan salah satu upaya AP II dalam mengimplementasikan sistem teknologi informasi di bandara atau kami sebut dengan pembangunan soft infrastructure. Pembangunan soft infrastructure ini guna mengimbangi pembangunan hard infrastructure seperti pembangunan terminal, apron, dan sebagainya yang telah kami lakukan," ujar Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin
Dia mengatakan, AOCC juga membutuhkan integrasi dari sistem yang dimiliki masing-masing stakeholder bandara sehingga bisa berjalan secara maksimal.
Menurutnya, pendirian AOCC ini didasari dari pertumbuhan industri penerbangan yang cukup signifikan setiap tahunnya dan membuat dinamika operasional semakin beragam.
"Melalui AOCC yang bisa memantau seluruh aktifitas di bandara secara real time maka kami optimistis seluruh aspek berjalan dengan lancar sesuai regulasi disertai terciptanya ketepatan waktu atau punctuality pada operasional yang berujung pada peningkatan pelayanan kepada maskapai dan juga penumpang pesawat,” imbuh Awaluddin.
Adapun AOCC dilengkapi sejumlah modul seperti Airport Operation Database (AODB), Airport Management System (AMS), Resources Management System (RMS), Network Management System (NMS), Airport Security System (ASS), dan Facility Engineering Management System (FEMS).
Sementara itu, AODB berfungsi menyimpan data operasi kebandarudaraan, lalu AMS dan RMS berfungsi memonitor dan mengendalikan operasional bandara beserta pengaturan penggunaan resources semisal parking stands, boarding lounge, dan check-in counter.
Sementara itu, NMS menampilkan kinerja jaringan dan perangkat teknologi informasi dalam mengelola serta mendistribusikan data operasi ke sejumlah stakeholder, dan FEMS berfungsi untuk memonitor, mengendalikan dan mengelola kehandalan fasilitas-fasilitas utama bandara.
Di samping modul-modul tersebut, fasilitas yang terdapat di AOCC antara lain CCTV room, emergency situation room, meeting room, dan airport people movers system control room.
“AOCC juga merupakan pusat koordinasi seluruh stakeholder bandara seperti maskapai, imigrasi, bea dan cukai, karantina, otoritas bandara, tenant, kepolisian, transportasi antarmoda, operator kargo, dan sebagainya, sehingga sesuai dengan konsep dalam industri bandara dikenal dengan Airport Collaboration Decision Making atau A-CDM,” imbuh Awaluddin.
Sementara itu Direktur Keselamatan, Keamanan, dan Standardisasi AirNav Indonesia Yurlis Hasibuan mengatakan Airnav mendukung penuh pembentukan AOCC ini.
"Kami siap mengintegrasikan sistem yang dimiliki Airnav dengan sistem di AOCC guna mendukung keselamatan dan keamanan," ujar Yurlis.
Di kesempatan yang berbeda, Kasubdit Penyelenggaraan dan Pelayanan Bandara Udara Kementerian Perhubungan Agustono mengatakan AOCC perlu menyatukan SOP di antara stakeholder.
"Kami juga akan mendukung dari sisi regulasi terkait dengan pendirian AOCC ini," tuturnya.
Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan jumlah penumpang pesawat mencapai sekitar 60 juta orang per tahun merupakan bandara tersibuk di Indonesia.
Saat ini AP II tengah melakukan berbagai pengembangan di bandara tersebut guna meningkatkan daya saing di antara bandara-bandara lain di kawasan Asean.
Pengembangan yang dilakukan di samping pembangunan secara fisik juga mencakup pembangunan sistem teknologi informasi guna menjadikan bandara ini sebagai smart airport.
Sebanyak 1.300 pergerakan pesawat per hari atau 76 pergerakan pesawat per jam dengan jumlah penumpang sekitar 760.000 per hari, dan akan semakin tumbuh ke depannya..
Karena itu, Bandara Internasional Soekarno-Hatta membutuhkan pendekatan dari sisi teknologi informasi untuk memastikan kelancaran operasional dan tetap terjaganya pelayanan sehingga prioritas pembangunan AOCC ada di bandara ini. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Angkasa Pura II Siapkan Paket Insentif Baru Bagi Maskapai
Redaktur & Reporter : Natalia