jpnn.com - APPI menyebut ada ketimpangan antara toleransi ke klub dan pemain. Asosiasi pemain yang diakui oleh FIFPro itu, terkesan lembek ke klub tapi tegas kepada pemain.
Head Legal APPI Jannes Silitonga menegaskan, jika sikap PSSI itu bukan tanpa bukti. Dia mengkritisi khusus langkah dari Komisi Disiplin (Komdis) yang bisa memberikan sanksi berat ke pemain-pemain yang bersalah, sebaliknya, selalu ada alasan untuk meringkan sanksi klub.
BACA JUGA: Destro Jadi Rekrutan Terakhir AC Milan
“Tajam ke pemain, tumpul ke klub. Bisa dikatakan demikian,” ungkapnya.
Dia mencontohkan dengan kasus sepak bola gajah, yang disanksi berat adalah pemain. Padahal, di belakangnya ada aktor yang menyuruh. Sementara, klub tidak diberi sanksi yang berat.
BACA JUGA: Ilham dari Bulan, Fans City Bertaruh 9,5 Juta Lampard Cetak Gol Lawan Chelsea
Dia mencontohkan dengan kasus pemukulan yang dilakukan pemain. Salah satunya Pieter Rumaropen yang disanksi seumur hidup, sementara, klub yang sudah kembang kempis masih ditoleransi dan disebut PSSI akan memberikan lima tahun untuk klub itu berkembang.
“ Apalagi ini. Sudah jelas, kami sebagai APPI protes. Kalau pemain tidak digaji, yang disalahkan pemain kenapa masih mau main. Klub dibiarkan saja. Harusnya kan tidak boleh kompetisi itu,” ungkapnya. (dkk/jpnn)
BACA JUGA: Putri Jaya Raya Lolos Dramatis ke Final
BACA ARTIKEL LAINNYA... Messi Ternyata Pernah Cekcok Dengan Enrique
Redaktur : Tim Redaksi