jpnn.com, JAKARTA - Asosiasi Pelatih Sepak Bola Seluruh Indonesia (APSSI) merespons wacana digelarnya kembali kompetisi mulai September mendatang.
APSSI langsung ambil sikap mendengar keinginan klub untuk membayar 50 persen gaji pelatih saat kompetisi di era New Normal bergulir.
BACA JUGA: PSSI dan APSSI Gelar Pertemuan Virtual Selama 2x45 Menit, Nih Hasilnya
Yeyen Tumena sebagai Ketua APSSI menegaskan tak setuju dengan keinginan klub yang selama ini telah memotong gaji pelatih sebanyak 75 persen pada saat force majeure kompetisi di Maret-Juni.
"Kami harus mempertimbangkannya. Karena kalau bicara pelatih itu ada banyak elemennya, mulai dari pelatih kepala, asisten pelatih, kitman, dan tim analis. Karena itu, dia meminta agar minimal, paling rendah sesuai dengan UMR," katanya.
BACA JUGA: Borneo FC Dukung Sentralisasi Liga 1 di Jawa
APSSI sendiri menurut Yeyen telah membicarakan ke PSSI agar melakukan pembicaraan ke klub-klub.
Mengacu kepada besaran nilai kontrak masing-masing pelatih, bisa diambil patokannya dipotong 50 persen, kemudian 25 persen, atau tak dipotong sama sekali, ya dilihat nilainya berapa kontraknya itu," terangnya.
BACA JUGA: Liga 1 Idealnya Digelar Oktober
Misalnya, kalau kontrak pelatih itu di atas Rp 600 juta, maka mereka bisa dipotong 50 persen.
Namun, kalau kontraknya di atas Rp 300 juta dan di bawah Rp 600 juta maka gajinya cuma dipotong 25 persen.
"Ya, kalau yang di bawah Rp 300 juta itu harus dibayar full. Itu usulan kami kepada PSSI," paparnya.
Memang, untuk kebijakan usai masa force majeure dari Maret sampai Juni, PSSI belum memberikan kepastian. Sebab, sampai hari ini Keputusan Ketua Umum PSSI M Iriawan tentang pemberhentian sementara Kompetisi di Indonesia masih berlaku. (dkk/jpnn)
Redaktur & Reporter : Muhammad Amjad