jpnn.com, RIYADH - Banyak negara berlomba menciptakan mengembangkan vaksin virus corona, tak terkecuali Arab Saudi. Klaimnya, vaksin tersebut terjamin kehalalannya atau sesuai syariat hukum Islam.
Mengutip Al-Arabiya, para ilmuwan di Universitas King Abdulaziz di Jeddah, bekerja sama dengan SaudiVax, perusahaan farmasi negara sedang mengembangkan vaksin COVID-19.
BACA JUGA: Tompi: Bikin Vaksin Virus Corona Bukan Kayak Buat Rujak
Dalam pengembangan vaksin, para ilmuwan menggunakan sel hidup yang membutuhkan nutrisi untuk bisa bertahan hidup.
Biasanya nutrisi tersebut mencakup unsur-unsur yang tidak diizinkan oleh hukum Islam - misalnya bahan-bahan yang berasal dari babi seperti gelatin atau empedu.
BACA JUGA: Uji Coba Vaksin Corona kepada 10.260 Orang, Semoga Ada Kabar Baik
Sedangkan makan daging babi dan minum alkohol dilarang dalam hukum Islam, pada keadaan normal.
Menurut Profesor Mazen Hassanain, pemimpin tim dan pendiri SaudiVax, penggunaan vaksin disyaratkab hanya dari bahan-bahan yang diizinkan secara hukum Islam.
BACA JUGA: Kabar Baik, VCO Berhasil Bunuh Virus Corona, Sudah Terbukti!
Langkah itu dilakukan untuk menghindari keragu-raguan dari kalangan umat Islam dan meyakinkan bahwa komponen-komponen vaksin COVID-19, halal digunakan.
Selama ini, sebagian populasi umat Islam di negara-negara di Afrika Barat dan Tengah, serta Asia Timur, banyak meragukan menggunakan vaksin, dengan alasan agama dan budaya mereka.
Kepala divisi epidemiologi dan biostatistik di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas California Berkeley, Dr Arthur Reingold menyebut keberadaan vaksin yang diberi label halal dan dapat digunakan oleh hukum Islam itu sangatlah penting, karena berpengaruh pada penggunaannya terutama di kalangan muslim.
Menurut mantan Utusan Sains AS Dr. Peter Hotez, industri vaksin yang muncul di Arab Saudi merupakan salah satu terobosan di wilayah Timur Tengah, di mana negara-negara sebelumnya tidak mengembangkan industri vaksin mereka sendiri, karena bergantung pada entitas luar.
Sejak tahun 2016, SaudiVax telah memperkuat pengembangan vaksin dan industri manufaktur di kawasan itu.
SaudiVax membangun fasilitas pengembangan dan pembuatan vaksin yang kemungkinan akan beroperasi penuh dalam dua tahun. Nantinya akan dijadikan sebagai Kota Sains dan Teknologi King Abdulaziz.
Hassanain mengatakan bahwa Arab Saudi, sebagai negara G20, memiliki banyak alasan untuk mempelopori pengembangan industri vaksin secara regional, khusus pandemi coronavirus saat ini.
“Kami ingin proaktif dalam situasi seperti ini. Inisiatif vaksin COVID-19 adalah percobaan yang bagus. Jika datang tepat waktu, itu sempurna. Jika tidak, itu adalah pengalaman yang baik,” kata Hassanain dalam wawancara dengan Al Arabiya.
Didukung oleh berbagai sektor pemerintah, fasilitas SaudiVax akan melatih para ilmuwan Saudi untuk bekerja dalam pengembangan vaksin dan sektor manufaktur di lingkup Kerajaan Saudi.
Hassanain mengatakan misi SaudiVax sejalan dengan tujuan rencana reformasi Saudi Vision 2030, yang bertujuan untuk mendiversifikasi ekonomi Arab Saudi dan mengembangkan program-program yang bermanfaat bagi warganya.
"Tim kami adalah 60 persen wanita - sangat berbeda dari semua perusahaan farmasi regional," kata Hassanain.
“Dan kami bertujuan untuk mewujudkan keamanan kesehatan nasional - sesuatu yang menjadi prioritas wabah COVID,” pungkasnya. (AlArabiya/mg8/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha